Friday 23 May 2014

Pabrik Tahu Serasi dan Pencarian Kebun Bunga Gerbera



Taraaaa…. selang sehari saja dari tulisan sebelumnya, nggak biasanya saya sudah pengen nulis lagi. [padahal skripsi juga harus buruan ditulis T.T] tapi tetap karena saya sudah berkomitmen untuk menuliskan beberapa tempat wisata yang saya kunjungi beberapa waktu lalu, jadi saya akan dengan bahagia menulis dahulu di sini. Hehe.


Kali ini saya akan menceritakan mengenai salah satu tempat wisata di Bandungan, Ambarawa. Nah kenapa saya bisa sampai di sini? Ceritanya tidak beda jauh dengan cerita saya terdampar di Lembang sebelumnya. Jadi, pada bulan November 2013 yang lalu saya dan sahabat saya kali ini bernama Penny memutuskan untuk mengikuti sebuah kompetisi karya tulis yang diselenggarakan oleh Ling Art. Ling art adalah salah satu UKM di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang. Dalam Kompetisi ini, saya dan Penny berkesempatan mengikuti putaran final yang diselenggarakan di UNNES. Nah berbeda dengan penyelenggaraan di tahun sebelumnya dimana saya dan Penny menjadi finalis juga, pada tahun 2013, selain menyelenggarakan putaran final, Ling Art juga menyelenggarakan Camp nasional yang berlokasi di Bandungan, Ambarawa.


Bandungan (bukan Bandung) adalah sebuah kawasan pegunungan yang sejuk, sama dengan suasana Lembang. Sedikit berbeda mungkin karena rute jalan yang dilalui sedikit lebih bagus di Lembang. Sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa saya menyukai suasana alam pegunungan seperti ini. Dalam list perjalanan saya sudah ada Tawangmangu, Lembang, Bandungan (daerah-daerah yang memiliki hawa sejuk dan berhasil membuat saya jatuh hati) saya jadi terpikir untuk mencari pujaan hati dari daerah berhawa sejuk serupa. Mungkin Bukittinggi? Ah sudalah. Lupakan. Bukan itu bahasan utamanya. Haha.


Nah tibalah saat Camp nasional ini. Hiak! Malam sebelum keberangkatan ke Bandungan, saya dan Penny sudah dipesan oleh Tante Firstya (ini tante kesayangan saya yang dulunya merupakan salah satu fungsionaris Ling Art) untuk tidak begadang dan segera tidur karena paginya kami akan berangkat ke Bandungan. Okay tibalah fajar dan kami pun terbangun. Dengan sayup-sayup suara gaduh terdengar dari luar kami pun segera terbangun dan bergegas bersiap untuk mengikuti perjalanan ke tempat dimana kebahagiaan saya berada (halah). Setelah ribet sana sini, saya dan Penny akhirnya berhasil sarapan bersama dengan peserta lain.


Singkat cerita saya dan Penny sudah berada di dalam bus kampus UNNES yang ber-AC. Kalau Om Angga bilang bus UNNES lebih bagus daripada bus UNS karena ber-AC. Untuk klarifikasi saja, bus UNS juga ada AC nya tapi kalau ada tamu dari luar negeri saja baru keluar dari garasi. T.T untuk sehari-hari kami menggunakan bus dengan kipas besar di belakang T.T


Setelah melalui kira-kira dua jam perjalanan yang kami habiskan dengan bermain truth or dare di bus, kami pun sampai di Bandungan. Daaaaannn tempat pertama yang kami singgahi adalah Pabrik Tahu Serasi. Asal tahu saja, karena juga saya baru tahu ketika sudah sampai di sana, Tahu Serasi adalah salah satu komoditas kebanggaan Bandungan karena  ternyata nama Tahu Serasi ini sudah menjawa (apa untuk sebutkan selain mendunia? Maksudnya itu sudah dikenal di seluruh Jawa gitu XD). Di Pabrik Tahu Serasi ini memang ditujukan untuk wisatawan mengetahui proses pembuatan tahu.

Awalnya, kami harus menunggu beberapa saat hingga datang guide yang akan menjelaskan kepada kami mengenai proses pembuatan tahu itu sendiri. Sambil menunggu, kami disuguhi susu kedelai hangat dan tahu serasi yang sudah digoreng ditambah dengan sambal kecap yang sanga lezaaattt (catat: saya nggak alay kali ini tapi emang itu yang saya rasakan :D). Ini saya kasih foto waktu kami menikmati lezatnya sari kedelai :D


Untuk pembaca yyang belum tahu, saya yang pakai baju biru, di samping kanan saya Penny dan di samping kri saya ada adek kesayangan saya, dia mahasiswa ITS namanya Sofa dan yang terpenting dia Jomblo. silahkan yang  mau comment di bawah tulisan ini ya :D

Setelah beberapa saat dilalui dengan cerita-cerita dengan sesama finalis, akhirnya kami dipersilahkan untuk menuju tempat pembuatan tahu. Di sana sudah ada  seorang perempuan berkulit putih berambut hitam panjang (jangan bayangin aneh-aneh. Ini ibu-ibu! Nanti saya kasih fotonya! :-P ). Saya kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan guide ini, karena suara ibu (yang saya juga lupa namanya T.T) sangat lirih jadi walaupun saya sudah di deretan paling depan saya tetap harus memasang telinga saya di tempat yang tepat, padahal kan semacam itu cuma bisa saya lakukan paling lama lima menit :-P Akhirnya saya pun berpisah dari rombongan dan mendekati karyawan pabrik yang lain dan di sini saya berkesempatan untuk membantu (membbantu ato ngrecokin) salah satu tahap pembuatan tahu serasi. Jadi memang terdapat beberapa  proses pembuatan tahu yang dari semula biji kedelai utuh kemudian terdapat beberapa proses penggilingan kemudian dari sari yang paling halus tersebut kemudian dicetak menjaddi tahu. Nah proses yang terakhir ini yang saya lakukan. Saya coba cari foto saya yang sedang serius mencetak gilingan kedelai untuk jadi tahu, kalau kata orang no picture =hoax, jadi saya kasih beberapa foto ini ya. :D

Di saat peserta lain masih asik mendengarkan penjelasan, ini yang saya lakukan XD


Setelah dicetak dengan menggunakan kain beberapa saat kemudian kain tersebut dibuka dan kemudian taraa jadilah Tahu!


Setelah bosan mencetak tahu, kemudian saya ikut membantu menata tahu-tahu tersebut ke atas papan untuk didiamkan beberapa saat sebelum dikemas.

Di lain tempat ibu guide masih memberikan penjelasan mmengenai proses pembuatan tahu kepada finalis yang dengan seksama mengikuti setiap penjelasan.



Setelah puas ikut dalam proses produksi tahu, kemudian Penny mencetuskan ide untuk pergi ke kebun bunga gerbera yang menurut informasi yang didapat Penny dari internet, Bandungan adalah tempat yang banyak terdapat kebun bunga gerbera. Jadilah kami langsung berpisah dengan rombongan dan ketika Om Liliek (salah satu panitia yang ikut mendampingi dalam perjalanan ini) menanyakan kami mau kemana, kami langsung minta izin dan diperbolehkan! :D jadilah kami langsung berangkaaaattt. Dan bukan hanya saya dan Penny saja tapi juga diikuti duo adik kesayangan kami dari ITS, Sofa dan Dewa. Kami ngga minta mereka ikut, tapi mereka udah ngekor kami aja dari belakang. Atau lebih tepatnya mereka menemukan tempat pelarian kami di kebun bungan depan pabrik.

Ini dia Sahabat Kesayangan saya namanya Penny
 
Ini kebun bunga di depan Pabrik Tahu Serasi
Finally, foto ini saya upload. :D

Dua orang di kejauhan itu adalah Sofa dan Dewa yang dengan sabar mengikuti kami mencari kebun bunga gerbera. Dan kelak mereka akan menyesali keputusan mereka siang itu karena sampai saat ini mereka tidak betah lama-lama tidak dengan kabar dari saya dan Penny. Haha XD

Ternyata untuk menemukan kebun bunga gerbera tidak semudah yang kami bayangkan sebelumnya. Setelah masuk di salah satu kebun bunga yang terdapat di dekat pabrik Tahu ternyata di sana tidak ada. Dan Penny masih sangat ingin untuk melihat kebun bunga gerbera, sebagai teman yang baik saya pun akhirnya menemani Penny untuk mencari kebun tersebut dan diiyakan Sofa juga. Dan dengan muka khawatir Dewa juga ikut bersama kami.

Dengan bekal bertanya-tanya kepada pemilik kebun yang sedang berada di kebun mereka, kami mencari kebun bunga gerbera yang entah bunganya seperti apa saya belum tahu, karena yang tahu Penny. Dan pencarian ini akhirnya membawa kami jauh dari Pabrik Tahu Serasi. Setelah beberapa lama kami mencari kebun bunga gerbera, sayup-sayup terdengar dari kejauhan nama saya dipanggil-panggil. Dan benar saja, dari kejauhan sudah terlihat Om Liliek yang dengan khawatir memanggil-manggil nama saya T.T

Kebimbangan muncul di sini karena kebun bunga gerbera belum ketemu dan kalau kembali menghampiri Om Liliek pasti kena marah, jadi kami lanjutkan hingga ada seorang kakek tua yang memberitahukan kepada kami bahwa di sana tidak ada kebun bunga gerbera. Kebun bunga gerbera terletak di dekat candi songo yang letaknya sangat jauh dari tempat kami berada saat itu. Jadilah kami lari-larian menuju ke arah Om Liliek yang sudah siap dengan goloknya XD

Dan benar saja ketika kami sudah sampai di depan Om Liliek, kami kena marah dan ditambah dengan kemarahan Tante Firstya kepada saya karena saya dianggap provokator pencarian kebun bunga gerbera. Yang memang benar sih seperti itu XD



Dari kejauhan terlihat kami berlarian untuk segera menghampiri Om Liliek setelah sadar bahwa pencarian kami gagal total.


 
Ini foto setelah kami berhasil ditemukan dari kiri ke kanan: Dewa, saya, Sofa, Om Liliek, Penny

 
Setelah selama di jalan kami kena marah sampailah kami kembali dengan finalis lain di Pabrik Tahu Serasi dan berfoto bersama!


Ini dia bingkisan yang dibagikan untuk finalis. Dan benar saja saat bingkisan ini saya kasih ibu kos, Ibu kos langsung mengetahui perihal tahu serasi yang sangat terkenal

 

Thursday 22 May 2014

Floating Market Lembang

Haloo.. Setelah beberapa bulan ini bergulat dengan tulisan yang bernuansa atau lebih tepatnya mengikutkan pesona hati dan jiwa, kali ini saya mau kembali nulis tentang beberapa tempat wisata yang telah saya kunjungi secara tidak sengaja beberapa bulan lalu. Untuk tulisan saya yang pertama saya akan menulis mengenai salah satu tempat wisata di Lembang, Bandung yang sangat membuat saya jatuh hati

Awal ceritanya begini, pada bulan Oktober 2013 lalu, saya dan sahabat saya Imel mengikuti kompetisi karya tulis di UPI yang bertajuk Indonesia Student Researcher Festival (ISRF). Awalnya hanya iseng-iseng ikut mendaftar saja karena bosan dengan rutinitas PPL yang di awal bulan hanya banyak duduk di basecamp, ini kami manfaatkan untuk membuat alat bantu belajar Bahasa Inggris yang kami namai ‘CHIBY’. Jangan bayangkan CHIBY sebagai cewe-cewe cantik girlband di TV itu yak. CHIBY di sini adalah singkatan dari Chart for Integrated Vocabulary. Singkat cerita dengan modal karya tulis CHIBY ini, kami akhirnya diundang ke UPI untuk mengikuti final yang terdiri dari 10 finalis dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Dengan berbekal surat tugas yang ditandatangani Bapak Pembantu Dekan kesayangan saya, berangkatlah saya dan Imel ke Bandung pagi itu dan dengan berat hati kami membolos tidak masuk PPL dengan surat izin tentunya.

Dan lebih singkat cerita lagi, setelah melalui saat-saat final yang mendebarkan dan pengumuman pemenang, sampailah kami pada acara yang (biasanya) sangat saya tunggu di even seperti ini. Yak Field Trip! Pada awal kedatangan saya, saya sudah sangat excited ketika Agus, salah satu panitia ISRF sekaligus sahabat dan rekan tim penelitian saya waktu SMA dulu, bilang bahwa field trip kami akan ke Lembang. Walaupun saat itu saya belum tahu akan ke bagian mana dari Lembang saya sudah sangat senang dulu karena saya selalu bisa menemukan alasan untuk menyukai suasana pegunungan semacam Lembang ini.

Nah yuk mari masuk ke inti cerita. Floating Market Lembang! So readers here we are!

Jadi setelah melalui suasana final ISRF yang mendebarkan, dengan menggunakan bus kampus UPI, kami berwisata ke Floating Market Lembang. Floating Market Lembang merupakan wisata alam pedesaan kota Lembang yang sejuk. Tempat wisata ini terletak di Jalan Grand Hotel No 33E. Untuk masuk ke kawasan wisata ini masing-masing orang harus membayar Rp 10,000,00 sedangkan bagi pengunjung yang menggunakan mobil akan dikenai biaya sebesar Rp 5,000,00. Setelah dari loket masuk kami mendapatkan tiket masuk ke Floating Market. Nah yang asik dari sini, tiket masuk yang masing-masing kami pegang dapat ditukarkan dengan minuman yang berada di Lobi masuk Floating Market. Ada banyak macamnya seperti Lemon Tea, Milo, Coffe Latte dan Choco latte. Dengan diberikan pilihan itu tentu sudah pasti saya langsung memilih Milo! Haha. Eits tapi saya tidak langsung menukar tiket saya dengan minuman karena saran dari Agus dan Lentik lebih baik menukarkan minuman kalau sudah selesai berkeliling saja. Karena baru pertama kali ke Floating Market ini saya nurut saja dengan saran mereka. Toh mereka yang urang Bandung euy.


Sebelum berkeliling Floating Market berfoto bersama dulu dengan finalis lain.

Ketika di perjalanan menuju Floating Market ini saya membayangkan Floating Market yang dipenuhi dengan pedagang-pedagang yang menjajakan makanan seperti di Kalimanatan maupun di Ayuthayya, Thailand. Tetapi bayangan saya 80% tidak tepat. Karena  ketika masuk ke Floating Market ini saya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat-sangat berbeda. Lebih menyerupai suasana di Eropa! Yah walaupun saya belum pernah ke Eropa tapi yang saya lihat pertama kali di Floating Market ini seperti bayangan saya tentang Eropa. Hehe.


Saya sebut ini pohon payung karena bentuknya kayak payung :D

Jadi memang Floating Market di Lembang ini bukan didesain untuk perdagangan melainkan untuk wisata. Sehingga tidak mengherankan ketika tata tempat dan dekorasi di Floating Market ini didesain sedemikian rupa untuk menarik hati para wisatawan.


Ini salah satu titik di sepanjang taman. di belakang adalah Danau Situ Umar.
Setelah melalui jalan setapak yang dipenuhi dengan berbagai taman yang indah, akhirnya kami sampai di deretan pedagang yang menjajakan dagangannya dari atas perahu. Perahu-perahu di sini ditata sangat rapi dan didesain dengan desain yang bermacam-macam dan tentunya unik. Tapi jujur saja untuk membeli makanan di sini, kocek saya sangat tidak mendukung. Karena makanan-makanan di sini sangat mahal dengan kisaran harga Rp 5,000 hinggal Rp 35,000 dari makanan ringan hingga makanan yang lebih berat seperti siomay, gudeg, ronde jahe, dan jenis-jenis makanan lain. Untuk makan di Floating Market ini sangat tidak recommended untuk kantong mahasiswa. Hingga saya dan Imel yang ditemani Agus dan Lentik berkeliling pasar pun hanya rela untuk melewati semua pedagang-pedagang ini.. T.T
Oh ya. Ada yang unik dari sistem jual beli di Floating Market ini. Untuk membeli makanan dari para pedagang di Floating Market, pengunjung harus menggunakan koin yang dijual di lobi masuk Floating market ini. Ada empat jenis koin dengan nilai Beragam yakni Rp 5,000 (kuning), Rp 10,000 (biru), Rp 50,000 (pink) dan Rp 100,000 (orange). Seperti halnya koin di Timezone, koin di Floating Market ini pun tidak dapat diuangkan kembali tapi bisa digunakan untuk kunjungan berikutnya lagi.


Salah satu perahu yang menjajakan lolipop warna warni. Sayang mahal T.T


Ada beberapa perahu yang menjajakan makanan tradisional dari propinsi-propinsi di Indonesia.
Setelah melalui deretan  penjual di atas kapal, kami kemudian menaiki tangga jembatan yang menghubungkan pasar terapung tersebut dengan taman yang berisi banyak wahana permainan dan spot-spot foto yang bagus untuk dicoba semua. Sehingga untuk saya dan Imel ditambah Lentik, LO kami selama ISRF, kami pun kegirangan untuk foto di tiap sudut taman ini dan tentu saja Agus yang menjadi juru kamera. Hehe..
Ini dia salah satu titik yang sempat kami gunakan untuk berfoto.


Salah satu titik yang asik buat foto seru-seruan.
Selain itu di Floating Market juga terdapat beberapa wahana permainan untuk anak kecil, seperti memberi makan ikan, memberi makan angsa, memberi makan kelinci, kano, ATV, Flying Fox, Perahu kayuh, sepeda air, sampan , kebun petik strawberry dan kebun sayur organik. Selain itu di pinggir danau juga terdapat gazebo yang dapat disewa dengan biaya Rp 65,000 per jam. Dan lagi-lagi karena keterbatasan uang saku dari fakultas yang tidak ada anggaran untuk menjajal semua wahana tersebut saya dan Imel lagi-lagi hanya lewat saja. Intinya yang banyak kami lakukan di sini adalah berfoto di sana sini supaya tidak ada satupun spot yang terlewat dari jepretan lensa kamera kami.
Ini dia minuman yang bisa  didapat dengan menukarkan tiket masuk Floating Market.


Setelah melewati jembatan bambu terakhir.
 Akhirnya setelah melewati jembatan bambu yang menghubungkan sisi kanan Floating Market dengan bangunan utama kami pun kembalii  ke tempat semula dan Agus kemudian mengingatkan kami untuk menukarkan tiket yang kami bawa di awal. Karena Agus dan Lentik adalah panitia dalam acara ini, jadi mereka mengkoordinasi teman kami yang lain untuk berkumpul dan melanjutkan perjalanan ke tempat lain sedangkan saya dan Imel duduk santai di pinggir danau Situ Umar yang menjadi pusat Floating Market ini dengan menyeruput segelas Milo. Perfecto!






Monday 19 May 2014

Pada seseorang yang kita cintai sekalipun, kita bisa memiliki hatinya, tubuhnya, jiwanya, tapi tidak pernah untuk jalan hidupnya.

-KM-