Saturday 11 February 2012

Exploring Semarang with SIM

Saya rasa emang selama liburan saya jadi tambah males nulis deh. Sekarang aja setelah selama sebulan liburan tulisan saya cuma ada 2 butir.. hahaa. Kenapa bisa begitu? Kalo ditelisik kayaknya gara-gara saya kebanyakan main deh. Setelah kemarin dari Bandung Bermartabat dan Sragen Asri akhirnya hari Selasa kemarin saya menginjakkan kaki di Kota Semarang Indah. Seharusnya saya ndak bisa ikut rombongan kemarin main ke Semarang sih. Soalnya acaranya diperuntukkan untuk anak-anak SIM departemen Keilmiahan. Secara saya kemarin terlambat daftar buat SIM, harusnya kemarin saya juga ndak bisa ikut kan. Tapi waktu kemarin ke Sragen dan dapat info dari Mb Erny kalo mau main ke Semarang dan bagusnya lagi ada kursi yang masih kosong, jadilah akhirnya kemarin saya ikut main ke Semarang. So Let's Rock! haha


Sebelum mulai cerita waktu di Semarang, karena saya juga ndak sempet posting tulisan waktu di Sragen, ini ada beberapa foto waktu kemarin ke Museum Sangiran di Sragen.


Ini foto candid loooh #apa deh


Di depan Museum Sangiran ada patung kepala Manusia Purba


Jadi ceritanya Sangiran itu merupakan salah satu
warisan dunia yang telah diakui oleh UNESCO


Dari sini mulai cerita tentang Semarang.
Perjalanan ke Semarang dimulai ketika jam quartz di tangan kiri saya menunjukkan pukul 08.10. Tapi mungkin jam di tangan/handphone nya Adi masih nunjukin pukul 08.00 (secara jam tangan saya waktunya dimajuin 10 menit). Lalu siapa Adi? Nah saya kenalin dulu deh. Jadi kayaknya karena kurang tau juga, hehe. Adi itu sie acara dari acara jalan-jalannya SIM ke Semarang ini. Sekilas pandang tentang Adi, Adi ini adalah anak Fakultas Pertanian sekaligus anak HIMAGHITA! (kenapa saya nulis HIMAGHITA dengan tulisan capslock semua? tak lain dan tak bukan kalo nyebut organisasi ini seperti membuka luka lama. Ceritanya waktu dulu SMA ikut lomba yang diadain HIMAGHITA, eehhh kalaaahhh.. Jadilah saya punya cita-cita kalo kuliah mau ambil fakultas pertanian UNS trus ikut HIMAGHITA. Tapiii takdir berkata lain....
Sudah cukup yak sedikit perkenalan sama Adi.


Adi yang pake baju putih kotak-kotak lagi buka dompet.
Big bos kita sih. yang bayarin kemana-mana :D
Perjalanan ke Semarang ini adalah yang pertama untuk saya kalo ndak boleh dibilang yang kedua karena dulu waktu lomba mata pelajaran komputer juga di Semarang, tapi ndak bisa tau banyak tentang Semarang karena hanya ke LPMP saja dan ndak main ke mana-mana (Selain itu perjalanan melewati Semarang yang dulu sering saya tempuh kalo mau ke Jakarta tidak dihitung pula, karena kan saya cuma lewat ndak main di Semarang, hehe). Oke! Perjalanan cukup panjang saya lewatin bersama-sama dengan anak-anak SIM yang ilmiah banget (ciieee). Yaelah secara ya waktu itu acara jalan-jalan, mereka masih bahas tentang lomba karya tulis yang bakal mereka adain bulan Mei besok. Jadi untuk sekedar info, seperti tahun-tahun sebelumnya SIM bakalan ngadain lomba bertajuk FILM (lagi). So, buat temen-temen yang berminat, bisa diikutin terus tuh infonya di web nya SIM. Nih saya kasih deh link nya http://sim.uns.ac.id/.


Karena maksud saya nulis blog bukan buat bagi-bagi alamat web, jadi mari kembali ke tujuan awal. hehhe.. Cerita tentang perjalanan ke Semarang. Perjalanan ke Semarang ini melewati beberapa kabupaten/kota. Yakni, Boyolali, Salatiga, Ungaran dan selanjutnya Semarang. Perjalanan ini menempuh waktu 2,5 Jam lebih berapa menit untuk muterin tugu muda. hehe.. Jadi ceritanya Bapak supir yang nganterin kita hari itu kurang terlalu hafal (atau emang belum tahu) lokasi-lokasi di Semarang. Mau masuk Lawang Sewu aja yang menjadi first destination, harus muter-muter dulu baru akhirnya sampai tujuan. (ini maksudnya bukan nyalahin supirnya loh, cuma buat tambahan cerita aja :D )


Setelah dikira bener posisi parkir bis yang saya dan temen-temen tumpangi, akhirnya satu per satu penumpang turun dan saya pribadi langsung menginjakkan kaki saya di pusat kota Semarang! Dalam hati membatin,'akhirnya kesampaian juga main ke Semarang'. Jadi, janji saya waktu di Bandung dulu buat main ke Semarang kesampaian juga hari Selasa  kemarin dalam kurun waktu hanya 2 minggu pula :D

Ini dia temen-temen SIM yang ilmiah banget.
Ada Emak Kalis, Mb Intan, Mb Fairus, ..., Mila
(aduh maaf yang urutan keempat saya lupa namanya)
Naah setelah Adi mmenyelesaikan administrasi bersama seorang Ibu yang menjadi pegawai di Lawang Sewu, saya dan temen-temen SIM akhirnya mulai masuk ke Bagian tengah halaman Lawang Sewu. Untuk mempermudah pemahaman tentang Lawang Sewu, hari itu kita ditemenin sama Malisa (namanya kayak cewe yak. hehe). Jadi Malisa ini adalah tourguide di Lawang Sewu. Sudah bekerja di Lawang Sewu selama kurang lebih 2 tahun dan sudah sangat mencintai lawang Sewu (informasi yang pertama bener, tapi yang kedua cuma dari feeling saya. hehe. Soalnya Malisa tau banget sih tentang Lawang Sewu. #plak!)


Ini dia Malisa

Sedikit penjelasan yang saya tangkep dari Malisa yak. (soalnya waktu malisa njelasin malah saya foto-foto di sekitar Lawang Sewu sama Mbak Fafa :D ). Lawang Sewu berdiri pada tahun 1904 dan digunakan sebagai kantor Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS). Sekedar informasi buat temen-temen yang suka bolos waktu SMA, NIS adalah sebuah perusahaan Kereta Api Swasta Hindia Belanda. Katanya Malisa juga, dengan mempertimbangkan masalah  sanitasi dan hal lainnya yang emang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah bangunan (jadi keinget Bima yang mahasiswa Teknik Sipil. hehe), blueprint (cetak biru) dari bangunan Lawang Sewu dibuat oleh  Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, dua-duanya adalah arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Saya juga sempet lihat di cetakan kertas blue print nya di bagian bawah ada tulisan 1903. Berarti rancangan bangunan Lawang Sewu dibuat setahun sebelum nya di Amsterdam. 


Bangunan Lawang Sewu sendiri tidak seperti namanya yang berarti seribu pintu tapi Lawang Sewu hanya memiliki 400an pintu. Sedikit guyonan dari Malisa yang saya pikir garing, karena saya sudah pernah baca buku mengenai Lawang Sewu, katanya Lawang Sewu pintunya ndak hanya berjumlah Sewu tapi malah dua ribu, tapi jumlah daun pintunya mbak. Gitu kata Malisa. Buat nyenengin dia saya ikut ketawa aja (maap ya Malisa T.T )
Berikut beberapa hasil foto waktu saya di lawang Sewu.

Sebelum mulai berkeliling Lawang Sewu, bergaya dulu :D


Ini di Lantai 2 Lawang Sewu


Ini Mba Fafa, partner in crime saya
Lawang Sewu adalah bangunan yang memiliki arsitektur keren menurut saya. Bagaimana tidak menurut cerita dari Malisa juga, Lawang Sewu memiliki sistem pendingin alami. Sistem nya yang bisa saya tangkep, jadi di bawah ada tampungan air dan arsitekturnya dibuat sedemikian rupa sehingga ruangan bertingkat di Lawang Sewu diusahakan bisa tetap dingin. Sebagai tambahan cerita dari Malisa (aneh deh saya nyebut nama Malisa banyak banget di sini), genting-genting di Lawang Sewu belum pernah diganti dari sejak awal berdirinya. Jadi kalo saya ndak salah itung, genting-genting di lawang Sewu sudah berumur lebih dari satu abad. Jadi kan Lawang Sewu selesai dibangun tahun 1907 berarti lima tahun lagi ulang tahun ke seratus sepuluhnya genting Lawang Sewu #penting ndak sih saya bahas ini -,-

Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk membangun Lawang Sewu didatangkan dari luar negeri. Batu batanya pun kalo dibandingkan dengan batu bata yang beredar saat ini di Indonesia jauh banget kualitasnya. Saya coba pukul pake kepalan tangan saya (yang biasanya saya pake buat mecahin plastik air, waktu lomba pukul air RT) malah tangan saya yang jadinya merah T.T

Penasaran dengan struktur bangunan yang ada di Lawang Sewu, hari selanjutnya setelah kepulangan dari Lawang Sewu saya coba browsing tentang struktur bangunan Lawang Sewu dan mendapatkan jawabannya di web ini:

Setelah berkeliling di salah satu Gedung Lawang Sewu kemudian kita dibawa Malisa menuju Museum yang menyimpan beberapa hal tentang Lawang Sewu. Di sini disimpan beberapa material yang digunakan untuk membangun Lawang Sewu. Ada batu bata, genting, blue print, dan lain-lain. Setelah dirasa  cukup mendapat informasi di Museum nya ini, saya dan teman-teman sedikit demi sedikit keluar. Dan seperti kebiasaan saya kalo lagi di luar kota: ambil foto sebanyak-banyaknya. hehe

Ini Husin temen saya waktu LKMM ternyata ikut SIM,
lagi ngamatin batu bata yang digunakan untuk bangunan Lawang Sewu


Saya dan blue print lawang Sewu


Hasil foto saya. Kombinasi keahlian dan
pencahayaan yang sempurna sekali. haha


Foto yang paling bagus yang diambil d Lawang Sewu nih.
Yang lain cuma bagus aja. :D


Ini Malisa waktu ngucapin sampai jumpa ke saya dan temen-temen.
Ada Bima, mb Kalis, dan Mb Fafa yang tetep gaya -,-


Ini foto terakhir yang diambil Malisa untuk saya dan temen-temen SIM


Waktu menunjukkan pukul 12.30 dan saatnya berpisah dari Malisa T.T Walaupun guyonan nya sering garing dan memanfaatkan trik psikologis lawan bicara, saya tetep seneng sama Malisa. Perpisahan dengan Malisa adalah hal yang saya sesalkan hari itu. #lebay

Sie acara alias Adi langsung koar-koar ke semua nya untuk  segera kembali ke bus dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah yang selanjutnya akan saya sebut sebagai MAJT aja.. (kepanjangen sih namanya. hehe)

Waktu menunjukkan pukul 12.55 (tetep menurut jam quartz saya), ketika kita sampai di MAJT. Baru pertama kali juga masuk ke MAJT ini, dan langsung ternganga dengan bangunan MAJT yang dulu sempat fenomenal banget waktu masa pengerjaannya. Apalagi waktu diresmikan sekitar tahun 2006 tambah fenomenal lagi. Saya masih inget dulu waktu tukang koran dateng ke rumah saya nganter koran Su*ra Merd*ka ada berita tentang peresmian MAJT. Informasi yang saya dapet dulu ada beberapa yang masih saya inget. 

Jadi di MAJT terdapat 6 payung hidrolik yang bisa membuka dan menutup sesuai kebutuhan. Denger-denger dari temen SIM, payungnya kebuka waktu hari jumat aja. Yang punya payung hidrolik seperti ini bukan hanya MAJT aja tapi Masjid Nabawi juga. Jadi ceritanya MAJT ini mengadopsi sistem di Masjid Nabawi :D

Saya ndak langsung berfoto-foto di sekitaran masjid karena lebih mentingin ibadah  dulu #ciiieeee -,- Waktu memasuki wilayah MAJT, memang ternganga dengan bangunannya. Tapi ketika menginjakkan kaki pertama kali di MAJT, kita ternganga dengan panasnya keramik di batas suci masjid. hehe.. Payung hidrolik dibuka dan hawa panas terakumulasi di keramik. Jadilah saya dan temen-temen langsung loncat-loncat kayak cacing kepanasan. hehe.

Sholat dhuhur selesai dilakukan. Dan saya dan temen-temen langsung memanfaatkan arsitektur MAJT yang subhanallah bagus untuk berfoto sana sini.

Gaya XL. Katanya gara-gara FILm tahun ini
disponsori penuh sama XL. Selamat yaaa :D


Ini loncat kepanasan :D


Saya ndak kepanasan dong. Pake kaos kaki sih :D


Selain dipengaruhi Masjid Nabawi, MAJT juga dipengaruhi
arsitektur gaya Roma. Niih buktinyaa...


Ini Mba Fafa lagi bergaya..


Ini prasasti peresmian MAJT. batunya diambil dari
Gunung Merapi loh..
Beberapa saat setelah asik mengambil foto sana sini dateng sms dari emak Kalis yang ngajakin makan siang di kantin bareng Bima. hahaa.. Langsung ngacir ke kantin deh. Setelah selesai makan siang langsung cabut berangkat ke PANTAI MARINA (perjalanan akan sangat panjang -,-)


Pukul 14.20 kita cabut dari MAJT dan pukul 15.50 sampai di Pantai Marina dengan peluh bercucuran (peluh nya bapak supir maksudnya). Jadi kalo tadi bapak supir nya bingung lokasi Lawang Sewu, ini dibuat bingung lagi dengan lokasi Pantai Marina. Bus berjalan jauh ke Barat tapi ternyata lokasinya udah kelewatan. hehe. Jadilah puter balik. Dari proses perjalanan ke Pantai Marina ini kemudian saya berpikir tentang Semarang. Dengan segala pesonanya ternyata juga mengalami permasalahan yang sama dengan kota-kota besar lain di Indonesia. KEMACETAN. Apalagi ditambah dengan adanya perbaikan jalan di salah satu ruas jalan.


Pantai Marina karena letaknya di pesisir utara Pulau Jawa, jadi sejak awal saya ndak mengharapkan pasir putih yang biasa saya dapatkan kalo ke pantai-pantai di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa. (Saya bukan anak pantai, tapi kalo liat pantai di pesisir selatan Jawa rasanya pengen terus-terusan di sana. haha). Kembali ke Pantai Marina. Jadi di sini saya bisa melihat langsung Laut Jawa karena memang Pantai Marina berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Ada fenomena unik jadi dari atas bisa diliat batas air yang warnanya coklat dan warna hitam (kenapa hitam dan bukan biru?). Jadi ceritanya itu adalah batas dari air laut dan air tawar. Karena memang di sisi timur pantai merupakan tempat bermuaranya sungai banjir kanal barat. 


Waktu di Pantai Marina saya mendapat sedikit penjelasan dari temen SIM (Mas Agus Suroso apa Bima yak waktu itu ato mas Mirza?) tentang fenomena ini yang disebutkan dalam Al Qur'an. Jadi kalo menurut ilmu IPA yang saya dapet selama 4 tahun di SD, 3 tahun di SMP dan 3 tahun di SMA, masa jenis air laut dan air tawar berbeda. Jadi keduanya tidak bisa bersatu. Seperti halnya minyak dan air. Saya jadi bayangin ikan air tawar sama ikan air laut yang bertemu di bawah sana dan saling jatuh cinta tapi tidak bisa bersatu. hehe..
Ini Adi yang nekat turun ke pantai


 Ini saya dong. MIA FEBRIANA


Narsis deh -,-


Mas Agus Suroso kembar sama Mas Agus Suryono.
Tapi mas Agus II ndak ikuut. 


Ini Emak Kalis, Mas Kris, saya, BIMA WIRAWAN :D


Saya bareng temen-temen SIM :D


Temen-temen SIM (Male side)
Daaaann waktu menunjukkan pukul 17.05 dan (lagi-lagi) Adi mengomando saya dan temen-temen untuk kembali masuk ke bus dan selanjutnya pulaaaangg :D


thanks to : Mb Erny yang mengajak saya main dan mas Yuliardika (direktur SIM) :D


Ini dia mas Dika
Pukul 21.20 akhirnya saya dan temen-temen sampai lagi di Solo Berseri and experience today was so GREAT! :D