Sekarang aku tahu, kenapa Janus
punya dua wajah. Menghadap ke kanan dan ke kiri. Manusia punya dua sisi, baik
dan buruk. Menghadap ke depan dan belakang. Bahwa manusia memiliki masa lalu
dan masa depan.
Dan untuk ia yang kamu cinta,
kamu harus menerima keduanya. His/Her bad and good side, past and future. Aku menerima dan paham, bahkan sebelum aku tahu Janus. Bahwa setiap manusia
memiliki keistimewaannya masing-masing. Termasuk masa lalu dan masa depannya,
keburukan dan kebaikannya. I declare that all those things are fine for me.
Sedang tentang hati yang mampu
memilih, pilihan itu selalu ada. Memilih untuk tetap atau berpindah. Yakin atau ndak yakin.
Memilih. Paling menyenangkan
adalah ketika kamu dapat memilih. Namun, hidup tak selamanya dihadapkan dengan
pilihan-pilihan kan? Atau yang lebih buruk adalah memilih namun pilihan itu
ndak mau dipilih. Ada, tapi ndak terjangkau.
Aku pernah terlalu yakin sama satu
hal. Tapi hanya aku yang mengamini keyakinan itu. Keyakinan itu lama kelamaan
runtuh juga. Hilang. Ndak berbekas.
Saat ini, keyakinan itu kembali
ada. Dan (mungkin) hanya aku yang mengamini (lagi). Dan aku tahu keyakinan
yang diamini satu orang aja ndak akan pernah cukup. Keyakinan harus diamini dua
orang. Dua insan.
~bukannya Aku pergi, hanya ingin
membuat pilihan dan keyakinan memiliki dua pendoa. Karena satu mungkin ndak
akan pernah cukup.