Bukankah orang yang paling bahagia adalah orang yang bisa nerima?
Iya. Nerima tanpa komplain sedikit pun. Tentang apa yang ndak bisa dicapai.
Nerima setelah berletih-letih usaha. Setelah apa yang diusahain ndak mungkin lagi bisa tercapai.
Dan bukankah hidup akan bahagia kalo masing-masing dari kita bisa nerima. Termasuk nerima mimpi yang ndak tercapai.
Ini ceritaku tentang mimpi.
Dulu bahkan sampai sekarang pendapatku masih tetap sama. Hidup akan hambar tanpa mimpi. Makanya aku dulu pernah punya banyak mimpi dengan satu orang. Waktu berhenti di tengah jalan, yang perlu aku lakuin cuma nerima, tanpa komplain.
Bukankah mimpi harus indah? Yang kadang ndak indah itu kenyataan. Tapi balik lagi gimana sikap masing-masing dari kita. Ada hal indah dibalik hal yang ndak indah. Semua hal memiliki keindahannya masing-masing.
Kayak waktu aku punya balon yang tetiba pecah. Aku ndak nangis. Karena hari berikutnya Mamah beliin aku bola. Bola yang lebih kuat dari balon. Yang kena panas dia semakin keras. Ndak pecah kayak balon. Yang bisa nemenin aku mainan lebih lama sampai aku dewasa. Sampai aku mati rasa sama kesenanganku ke bola. Bahkan sampai aku bosen.
Bosen yang beda tipis sama kesukaan yang terlampau besar.
Aku ndak pernah tau apa yang terjadi besok tapi seendaknya aku punya mimpi yang bikin aku yakin kalo besok aku masih ada. Masih bisa seendaknya buat nemenin kamu biar ndak sendirian lagi.
Ada lebah di setiap pohon palem di sekolah. Mereka nyari nektar.
No comments:
Post a Comment