Thursday, 6 October 2011

Sekarang Saya Anak Bahasa!

Judul nya keren yah? hahhaaa.. Jadi gini ceritanya.. Dua tahun lalu, saat cita-cita menjadi hal penting sebagai penyemangat dan hal yang ingin sangat dicapai, aku bercita-cita untuk masuk beberapa Universitas ini:
  1. Institut Teknologi Bandung (segala major tak apalah, yang penting bisa masuk sini)
  2. Teknologi Pangan IPB (rencananya setelah dari sini, mau kerja di LIPI). Kenapa pengin di LIPI? Karena sejak ikut PIRNAS yang mendatangkan orang-orang keren dari LIPI, LIPI menjadi masa depan yang sangat ingin dicapai. hahahaaa..
  3. Teknologi Informasi dan Komunikasi UNY (ditinjau dari kebutuhan guru TIK di Kabupaten Wonogiri, guru TIK aku rasa sangat dibutuhin untuk 6 tahun ke depan, yang artinya saat aku lulus)
  4. Teknik Informatika UNS (seenggak nya ini masih seputar belajar tentang program. hahhaaa)
  5. Fakultas Pertanian UNS (segala major bolehlah, yang penting pertanian. Udah jatuh hati dluan sama fakultas ini waktu dulu nganter karya tulis ke fakultas ini, dan kayaknya fakultas ini emang asik. Soalnya banyak buat karya tulis)
Daaaaannn akhirnya sekarang sayaaa dimanaa???? Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sebelas Maret Surakarta... :D
Kok bisa siih?

Jadi gini nih ceritanya, waktu aku kelas IX SMP (kurang 3tahunan lah buat masuk PTN) aku cerita nih sama orang tua, pengin masuk ITB. Mereka oke-oke aja sih, karena tau alesanku (yang waktu itu alesan yg sangat alay dan masih kental akan karakteristik anak SMP deh, haha). Tapi setelah kelas XI SMA, masuk ITB jadi angan-angan ajalah. Orang tua jelas ngga ngbolehin kalo alesanku masuk ITB masih sama kayak waktu SMP dulu. Mungkin lain waktu aku cerita sebenarnya alesan masuk ITB apa. hahaa

Kedua, aku bermaksud masuk Teknologi Pangan IPB. Waktu aku bilang rencana ini, waktu ngobrol sama Bapak, beliau langsung bilang: oke! ke Bogor ndk papa. Yang penting aku seneng dan bisa mempertanggung jawabkan pilihan. Beda waktu cerita sama Simbok, beliau langsung menolak mentah-mentah dengan alasan: jauh, ndak ada sodara, kalo sakit ndak ada yg ngrawat, dan kekhawatiran-kekhawatiran yang lain. Gantian aku nih yang jawab "oke" untuk segala alasan simbok yang ndk bolehin aku masuk IPB. IPB = gagal.

Setelah itu, saya tanya ke Simbok, pengin saya jadi apa sebenernya. Beliau bilang, jadi guru. Akhirnya saya browsing tentang major yang ada di UNY (kenapa UNY? soalnya di sini sarang buat jadi guru). Ketemulah sama Teknologi Informasi dan Komunikasi. Aku bilang ke orang tua, mereka langsung bilang "oke. semangat belajar doong biar bisa masuk." dalam hati, udah bilang "yeeeessss!!!". trus apa masalahnya? Masalahnya sekarang adalah ndk boleh sama Mas ku. katanya di Yogyakarta pergaulannya udah ndk sehat lagi (padahal dmn-mana, aku tau pergaulan udah ndk sesehat yang dulu. tapi kan aku punya filter yang insyaALLAH kuat buat menangkal apa-apa yang buruk) tp waktu aku bilang itu semua, beliau ttp bersikeras biar ak masuk UNS aja. Lagian kalo di UNS bisa deket sama dia (masku_red) sebagai seorang mantan penderita brother-complex, aku akhirnya setuju juga.

Naaah masuk ke pilihan keempat. Teknik Informatika UNS. jeng-jeng.. Alesanku gini, oke deh ndk boleh ambil TIK di UNY, ambil TI di UNS aja. Bsk ikut AKTA4, waktu aku bilang ini, langsung ditolak mentah-mentah sama Dewan Direksi yang akan menanggung seluruh biaya ku di perguruan Tinggi (orang tua_red) alesannya macem-macem: ndk prospektif lah, kamu itu cewe lah, Teknik Informatika banyak buat program lah (oh ya sekedar cerita, dulu waktu ikut olimpiade TI, aku sempet ngeluh gara-gara suruh buat program. haha). Teknik Informatika langsung TERELIMINASI.

Yang kelima, Fakultas Pertanian UNS. Oke! ndk boleh masuk k TIK atopun TI yang sedikit ilmunya, udah aku pelajari selama 2 tahun di SMA (terpaksa sih sebenernya belajar ttg ini, biar selamat kalo sedang ngerjain soal sama peserta-peserta lain). Akhirnya pilihan jatuh ke Fakultas Pertanian UNS. Aku pikir ndak papalah aku memeras otak selama dua tahun ndak dipake lagi. Yang penting aku bisa nerusin hobi buat karya tulis. Laaah yang ini langsung ditolak lagi! Lagi-lagi kata Dewan Direksi, pertanian ndk ada bagus-bagusnya, ndak prospektif lah, dan lain sebagainya. oke! dengan muka sedikit depresi, saya akhirnya kirim sms ke salah satu Dewan Direksi (masku nih yang ini). Kurang lebih gini, aku masih inget jam berapa aku kirimnya.

10.50
to: Ms Novi

Mas, saya bagusnya masuk major apa ya?

sender: Sister

10.52
to: Sister

Pend Bhs Inggris aja dek.

Sender: Ms Novi

Setelah sms itu, perdebatan berlangsung hingga satu setengah jam ke depan melalui sms dan juga tatap muka dengan Simbok. Dan juga dilalui dengan acara tangisan ku juga. Karena, jujur, aku ndak punya rencana mau apa besok kalo hidup di Bahasa Inggris. Dari anak ilmu Alam ke Bahasa itu jelas bikin pusing.

Simbok akhirnya ngalah, ngijinin aku masuk UNY, tapi masuk lagi sms dari mas yang bilang tentang Yogyakarta yang semakin hari semakin berbahaya dan tidak adanya sodara di sana. Setelah aku berusaha mempertahankan argumen dan juga mencari pasukan untuk mengalahkan argumen nya mas (berhasil loh, Bapak sama Simbok, akhirnya setuju aku daftar UNY) tapi mas tetep bersikeras biar aku di UNS. Akhirnya aku capek juga (ini artinya aku ndak punya argumen yang lebih kuat lagi. jam 12.20, aku memutuskan untuk mengikuti nasihat masku ini dan menyadari bahwa dasi seragamku telah basah kuyup. hahahaa (buat ngelap air mata).

Daaann akhirnya di sini aku. Belajar sebagai anak Bahasa dan belajar untuk memahami setiap kata dalam Bahasa Inggris. Dan aku bersyukur, karena dulu aku mengikuti saran ini. Kalo ndak, mungkin aku ndak dapetin apa yang sekarang aku capai. Alhamdulillah.. Restu Dewan Direksi memang hebat! :D

Pelajarannya: percayailah mereka para Dewan Direksi di kehidupanmu, mereka yang banyak tau apa yang harus kamu lakuin Mereka, orang-orang yang ketika orang lain jauh, Mereka akan tetap dekat. Karena meraka tinggal di hati kita :)

1 comment:

  1. hal yang terpenting selanjutnya adalah melakukan yang terbaik di setiap detik yang kau punya, dan setelahnya kau tidak akan lagi menjadi orang yang egois yang hanya memikirkan kepentinganmu sendiri, namun juga orang lain.

    ReplyDelete