Yay!! Hai Guys lama ndak muncul
di blog, bukan berarti saya ndak cinta lagi sama dunia blog lhoo. Cuma kemarin
baru rada ribet ngurus beberapa hal yang sedikit
membuat penyakit #malasnulisblog menjakiti saya. Hahaa..
Ok kali ini saya akan sedikit
meng-share pengalaman saya kemarin waktu mengikuti The 8th Biennial
Conference of CESA 2012 di Bangkok, Thailand. Dalam mengikuti event
ini saya mendapat info dari temen deket saya, Penny. Sama halnya dengan Penny
saya excited banget. Untuk membuat keinginan kita jadi nyata, kita berdua langsung semangat buat
cari tau tentang acara ini dong. Kita berdua semangat buat ikut gara-gara
event ini ada korelasinya sama dunia pendidikan. Iyalah dari tajuknya aja udah comparative education. Dari awalnya kita
yang interest gara-gara temanya kita
banget, sampai akhirnya kita berpikiran untuk sekalian jalan-jalan murah alias backpacking!
Dengan pertimbangan bahwa kita
ndak mungkin backpacking hanya berdua
dan cewe semua, akhirnya saya memutuskan untuk mengajak teman saya.
Namanya Ari. Ari ini anak BEM berprestasi. Saya dulu ketemunya waktu di event
LKMM bulan November kemarin. Iseng-iseng nanya ke dia mau ikut gabung ndak,
ternyata dia langsung mengiyakan. Jadilah akhirnya kita menjadi sekelompok
pasukan pejuang conference CESA. Kenapa kita bilang pejuang? Yaaah karena buat
berangkat conference ini butuh banyak
perjuangan.. Cieleeeee…
Singkat cerita setelah kita
berdikusi dengan dosen, birokrat dan beberapa pihak terkait (ini apasih lebay)
dan surat undangan dari committee
conference kita dapat, perjuangan pun dimulai. Pembuatan Proposal. Setelah
proposal jadi, kita ajukan kemana-mana dan akhirnya dari birokrat menyetujui
dan kami pun semakin optimis untuk mengikuti conference ini.
Di sini saya ndak mau bercerita
panjang lebar tentang perjuangan mendapatkan dana, karena kalo mau diceritakan
di sini, bisa ndak selesai 1x24jam. Hehe..
Akhirnya pun hari H the 8th Biennial Conference of
CESA terjadi. Dan saya dan temen-temen udah sampai di Thailand satu hari
sebelum acara dimulai yakni tanggal 7 July 2012. Oh ya, akhirnya kita ndak
hanya berangkat bertiga aja tapi berempat bersama Mbak Atin. Partner saya waktu
jalan-jalan di Bandung Januari kemarin.
Event the 8th Biennial Conference ini dimulai dengan pre-conference yang dilaksanakan pada
hari minggu 8 July 2012 yang konon kemarin baru kita tau kalo untuk ikut pre-conference
ini harus membayar biaya registrasi sebesar 20 dollar. Untungnya kita ndak tau
tentang info ini, jadinya dengan PD kita ikut pre conference yang mengundang
Prof Fray dari University of Minnesota. Pre conference workshop ini mengambil
title “Enhancing Excellence and Rigor in
Comparative / Cross Cultural Research: Key Principles and Strategies.”
Dalam workshop ini dibagi menjadi 10 tema inti dengan bahasan yang sangat
bermanfaat. Tema inti dari workshop ini adalah sbb:
- What is defining character of genuine
comparative research?
- Need to make value premises explicit
- Strategies for improving bibliographies
- Value of using mixed methods
- Introduction to less commonly used methodologies
and methods such as tracer studies, phenomenology, meta research/synthesis.
- Complex issues related to units of analysis.
- Use of various software in data analysis
- Special ethical issues in doing
comparative/cross cultural research
- Obtaining external funding to support research
- Strategies for getting published in visible
prestigious international journals.
Workshop ini didominasi oleh para
peserta yang berasal dari Thailand sendiri. Namun ndak sedikit juga yang
berasal dari luar Thailand. Ada dari Austria, Singapore, USA, Canada,
Bangladesh, dan lain-lain. Dari Indonesia pun diwakili sama kita berempat. Dan
yang lebih membanggakan lagi, yang datang kebanyakan para Ph D student
sedangkan kita masih undergraduate student. Dalam workshop ini saya sama Penny
kebetulan duduk bersebelahan dengan seorang Professor dari Canada, namanya Prof
Edgar. Beliau ini humble banget
orangnya. Walaupun beliau sudah professor, beliau masih dengan antusias
mendengarkan pendapat saya ataupun pendaat pee Fefe waktu FGD (Forum Group
Discussion). Yang melegakan lagi beliau sama sekali ndak pernah memunculkan
identitas beliau sebelum acara selesai. Baru setelah istrahat, saya diberitahu
penny kalo sebenernya beliau itu Professor. Kalo tau gitu saya ndak banyak
cakap waktu di FGD tadi. Hehe..
Acara workshop ini berlangsung lancar
dan menyenangkan. Saya baru pertama ini mengikuti forum diskusi yang
benar-benar meng-explore
pemikiran-pemikiran dari pesertanya. Selama acara ini berlangsung pun,
Indonesia sering disebut-sebut sebagai contoh. Hal ini bukan tanpa sebab,
karena waktu workshop akan dimulai prof Fray lebih dulu menanyakan dari Negara
mana saja peserta workshop kali ini. Posisi duduk saya dan Penny yang berada
tepat di depan prof Fray sepertinya menjadi alasan untuk beliau selalu
mengingat Indonesia. :D
Setelah acara selesai, kami
menyempatkan diri untuk berfoto bersama Prof Fray dan prof Edgar. Juga bersama
beberapa teman Ph D student Chulalongkorn University…
Bersama Prof Fray dan Prof Edgar |
Hari kedua pelaksanaan the 8th
Biennial Conference dimulai dengan upacara pembukaan yang dihadiri oleh
Princess Kerajaan Thailand. Karena masih awal di Bangkok dan kita pun belum
terlalu bisa mengira-ira waktu pada hari kedua ini kami terlambat datang ke
venue dan akhirnya kami tidak berkesempatan untuk mengikuti upacara pembukaan
pada saat itu. Keterlambatan kami juga disebabkan karena kekurang telitian kami dalam membaca info dari panitia. Dalam kertas info yang kemarin dibagikan oleh
panitia sebenarnya sudah tertulis bahwa pintu aula akan ditutup tepat pukul
08.30. dan kita sampai di venue pada pukul 08.40. Tapi bukan kita lantas
bermain-main di sana. Karena saat itu penitia telah menyiapkan ruangan
tersendiri untuk para peserta yang terlambat datang. ternyata di ruangan ini
bukan kami saja yang datang terlambat ternyata banyak juga yang datang
terlambat. Terlihat beberapa peserta pre conference kemarin yang juga datang
terlambat. Ada juga prof Edgar diantara peserta yang terlambat datang.
Setelah upacara pembukaan selesai
sekitar pukul 10.00, salah satu panitia masuk ke ruang tunggu dan
mempersilahkan kami untuk masuk ke aula dan mengikuti plenary Session I dengan
Keynote Speech I: “Challenges and Opportunities in Quality Education fir
Sustainability” oleh Prof Mark Bray, Ph. D dari University of Hongkong.
Kemudian diikuti dengan keynote Speech kedua oleh Prof Kengo Mochida, PhD
selaku CESA President dengan bahasan tentang “Comparative Education for
Sustainability”
Salah satu yang disampaikan Prof Mark Bray dalam plenary Session I ini adalah keberadaan four pillar. Four Pillar ini terdiri dari:
1. Learning to know
2. Learning to do
3. Learning to live together
4. Learning to be.
Dan inilah Prof Mark Bray.
Prof Mark Bray from University of Hongkong |
Dari sekian pembicara yang hadir dalam conference ini saya paling excited sama Prof Mark Bray. Beliau selain punya kualitas yang terlampau mumpuni di bidang beliau tapi tetep rendah hati banget. Waktu itu udah sore, kami persiapan untuk mengikuti Welcome Reception. Dasarnya udah seneng duluan sama materi yang disampaikan sama Beliau waktu plenary Session, ndak buang-buang kesempatan waktu ketemu beliau di depan ruang presentasi. Langsung nyamperin dan inilah percakapan sama Beliau yang bikin saya malu kalo mau sombong.
"Hi Sir! How are you?"
"Hi Fine. You?"
"I'm fine too. hmm Did you present this morning Sir?" (basa-basi ini sebenernya buat memastikan kalo saya ndak salah mengenali orang)
"Yeess I did."
"So, are you Mark Bray?"
"Yes, this morning I became Mark Bray" (jawaban terakhir ini yang bikin tambah melting)
Kalo saya ditanyain orang, 'hi tadi kamu presentasi ya?' | 'iya' | 'Jadi kamu yang namanya Mia?' | 'Ya iyalah masih nanya. gimana sih' pasti saya bakalan jawab gitu T.T
Setelah bertemu Prof Mark Bray ini, kami selanjutnya buru-buru ke aula Faculty of Education CU buat ikut Welcome Reception. Udah banyak yang hadir waktu kami masuk aula. Tengok kanan kiri, akhirnya nemu tempat strategis tepat di belakang para pejabat dan main speaker dalam conference ini. Dan inilah yang kami dapat dengan duduk tepat di belakang mereka:
Salam kenal mbak Mia :) baru tau nama Anda .... sering ketemu waktu osmaru ...
ReplyDeleteIni biaya sendiri bukan? atau ada bantuan dr univ?
Ika Bastind