Saturday 28 January 2012

Bandung Bermartabat

Menghilang beberapa saat dari dunia per-blog-an saya pergi ke beberapa tempat di beberapa kota. hahaa.. Gaya banget kan. Dan kalo ditelisik lebih jauh sepertinya sekarang saya kecanduan travelling. Kayaknya keren juga sih kalo misal ntar di CV saya yang bagian hobi ada tambahan kata 'travelling'. Biar ntar ada yang nanyain udah pernah travelling kemana aja. #eeaaaaa..

Naah kali ini saya ndak bakal bahas tentang isi dalam CV tapi mau cerita mengenai acara backpacking saya kemarin ke Bandung tanggal 18-20 Januari 2012. Acara berawal hanya dengan obrolan singkat dengan Mbak Atin tentang keinginan yang sama untuk menjelajah Kota Bandung. Tanpa banyak obrolan, pertimbangan, dan hal ribet lainnya, akhirnya saya menghubungi Mas Arif. Mas Arif adalah kakak kelas saya waktu di SMP yang sekarang kuliah Teknik Informatika ITB. Sama Mas Arif akhirnya nyusun rencana untuk travelling di Kota Banndung. Mas Arif ini baik banget. Jadi beliau yang susun acara dari awal kita dateng di Bandung sampai akhirnya pulang lagi. Selain dua orang yang telah disebutkan di muka, ada satu lagi orang yang ikut dalam travelling ini. Namanya Wakhid. Wakhid itu anak BEM yang saya kenal waktu ikut LKMM di Tawangmangu.

Tanggal sudah disepakati, lama hari sudah disepakati, tiket sudah fix, dan rundown acara pun sudah dibuat sama Mas Arif. Jadilah pada hari Rabu petang sekitar pukul 18.30 kita bareng-bareng (kecuali Mas Arif) berangkat ke Stasiun Jebres untuk nunggu Kereta Kahuripan yang akan membawa kita ke kota Bandung :D

Waktu itu saya dianter sama Mas dan Mba saya yang baik-baik banget.. hehe.. Saya berangkat dengan dibonceng Mba Atin. Lalu bagaimana dengan Wakhid? Katanya sih dianter temennya. Kita sampai di Stasiun  pukul 18.40 dan Wakhid datang pukul 18.50. Setelah semua kumpul tinggal nunggu kereta Kahuripan yang tiketnya kita beli hanya dengan harga Rp 35.000,00. Muraah kaan? Maklum ekonomi..  hehe...

Sesuai Jadwal, kereta datang pukul 19.15 dan berangkat pukul 19.17. Ini adalah pengalaman pertama saya naik kereta api kelas ekonomi dengan jarak tempuh jauh. Biasanya cuma naik Prameks yang sampai Yogya.. Perjalanan ke Bandung membutuhkan waktu yang cukup lama. (Lebih dari 12 jam dengan jarak Surakarta-Bandung 426 KM). Lagi-lagi yang harus dimaklumi adalah kita naik kereta ekonomi. Jadi misal ada kereta eksekutif akan lewat, kereta ekonomi harus ngalah dengan berhenti di pinggir dan memberikan jalan untuk kereta eksekutif, but so far so good. Kita sangat menikmati perjalanan ini.. Kereta ekonomi sudah tidak seperti kereta-kereta ekonomi pada era sebelum ada pembatasan penumpang. Jadi kalo bisa saya katakan dan dari cerita Mas Arif juga yang sudah berpengalaman naik kereta, kereta ekonomi dan bisnis, hampir mirip.

Setelah melalui perjalanan panjang melewati beberapa daerah seperti Purworejo, kebumen, Cilacap, Kroya, Ciawi, Nagreg akhirnya kita sampai di Stasiun Kiara Condong. Namun sebelum sampai di sini, kita melewati sebuah rel yang berupa jembatan. Lumayan menegangkan untuk pertama kali lewat sini.

Ini dia jembatanya :D
Dan ini stasiun Kiara Condong
Setelah sampai di Stasiun kemudian ndak susah sih untuk menemukan seorang mas Arif. hahaa.. Jadilah setelah ketemu kita langsung jalan.. dengan menggunakan angkot kita menuju Alun-alun kota Bandung. Di perjalanan sebenernya mau mampir ke Trans Studio untuk numpang foto-foto di depannya, tapi setelah dipikir ulang, males gilak cuma foto aja. haha. Sedangkan kalo kita masuk pengeluaran jadi membengkak. So, akhirnya kita langsung menuju Alun-alun kota Bandung. Di alun-alun terdapat Masjid Raya Bandung. Jadi ini semacam masjid Agung-nya Kota Bandung. Seperti di masjid-masjid agung lain, daerah di sekitar masjid ini juga dijuluki Kauman atau Kampung Beriman. Setelah beberapa saat melepas lelah di Masjid, akhirnya kita langsung lanjut perjalanan ke Jalan Asia Afrika.

Ini waktu di Masjid Raya kota Bandung
Sebelum sampai di jalan Asia Afrika nyempetin beli koran yang hanya dicetak di Propinsi jawa Barat dan kota Bandung aja. Saya beli Harian Pikiran Rakyat dan Bandung Ekspres. yah biar ada kenangannya lah main ke Bandung. hehe.. Waktu ke Malang dan Surabaya rada nyesel soalnya kepikiran beli koran tapi malah ndak beli. Di Jalan Asia-Afrika terdapat Gedung Merdeka dan Museum Asia Afrika. Selain itu juga ada Kantor Harian Pikiran Rakyat dan tentu saja Monumen 0Km Bandung.

Ini di depan kantor Harian Pikiran Rakyat. Belakang saya adalah
mesin ketik yang digunaakan pada awal berdirinya koran ini.


Akhirnya kesampaian foto di monumen 0KM ini. 


Ini dia jalan trotoar di Jalan Asia-Afrika
Samping Kanan saya adalah Mba Atin sedangkan samping kiri saya itu Mas Arif.
 Setelah berfoto di depan Monumen 0 km, kita menuju Braga City Walk. Braga City Walk ini adalah jalan yang lumayan terkenal di kota Bandung, di sini banyak digunakan untuk memajang lukisan, ya semacam galeri. ada Kantor Antara News juga di sini.

Ini Wakhid waktu di Braga City Walk
Dan di Jalan Braga ini saya menemukan pemandangan yang kontras mengenai bus DAMRI. Jadi seperti saya melihat bus pada zaman dahulu dan kemudian disuguhi dengan bus pada zaman sekarang.

Ini bus zaman dahulunya


Ini bus yang zaman sekarang. hehe
Setelah puas  mengeksplore Braga City Walk kemudian kita menuju Balaikota Bandung. Kalo boleh saya katakan ketika saya masuk Balaikota saya malah terbayang Kebun Binatang. hehe.. Ada Patung Badak bercula satu. di Balikota ini kita juga sekalian istrahat. Setelah dipikir-pikir dan dirasakan ternyata kita berempat sama-sama kelaparan. Alhasil langsung cari tempat makan di pinggir jalan. Ketemulah sama Lontong Opor Sapi apa ya namanya kok saya rada lupa. Di sini kita tiap orang menghabiskan uang Rp 6.000,00. Di Bandung, apabila kita tidak memesan minum kita akan disuguhi dengan teh tawar (teh tanpa gula) berbeda dengan di Solo atau Yogya yang biasanya kita dikasih air putih.

Perut Kenyang, perjalanan kemudian berlanjut ke Gang Pancasila. Oh ya perlu dijadikan catatan di Kota Bandung banyak banget Bank. entah itu bank nasional maupun bank kota dan daerah. Selain itu Kota Bandung juga menjalin hubungan dengan kota lain di dunia, yakni semacam sister city. kota Bandung memiliki sister city dengan Texas, Braunschweig, serta Kota Liuzhou. Dan yang perlu diketahui ketika kita menemukan beberapa spot di Solo yang diberi label Roti bakar bandung ato peuyeum bandung dan label-label tentang Bandung, namun ketika kita di Bandung kita ndak bakal bisa menemukan itu semua dan digantikan dengan label kota lain seperti Iga Bakar jogja, Bali Seafood, Bakso Wonogiri, dan lain-lain.

Setiap Bandung memiliki sistercity ditandai dengan adanya tugu seperti ini


Bali Seafood dari luar, kalo ke dalem ndak punya duit. hehe
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan lumayan membuat kaki rada pegel, akhirnya kita sampai juga di Gang pancasila temmpat kontrakan Mas Arif. Kita mampir ke sini untuk ambil motor. Nah ndak baik gimana coba mas Arif. Uda nyusunin jadwal kita, masih minjemin motor pula. hehe..

Setelah cukup istrahat dan mengisi ulang persediaan air minum di botol, akhirnya kita tancap gas untuk menuju destination selanjutnya yaitu Universitas Pendidikan Indonesia atau yang kadang lebih kita kenal dengan sebutan UPI. Yang kelak kita akan menyesal karena sudah masuk UPI ini.. haha

Bagaimana tidak menyesal dengan melihat bangunan UPI yang sebegitu luas dengan tatanan gedung-gedung yang sudah bagus dan menggunakan lift -,-
bukan bermaksud membandingkan tapi maksud apa yak. haha.. Membayangkan saja, kapan kampus saya pake lift. Kalo pake lift pasti saya jadi rajin naik turun gedung. #loh? yang  jadi pertanyaan jadi rajin atau malas? berhubung budaya kita misal dimanja malah semakin menjadi malas melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya.
Gelanggang Renang UPI
Saya tidak akan cerita panjang lebar mengenai UPI. Intinya UPI yang berdiri pada tahun 1954 dengan title Perguruan Tinggi Pendidikan Guru memiliki bangunan dan areal kampus yang sangat luas. Kalo kata Mba Atin kolam renang di UPI bisa digunakan untuk menyelenggarakan even Paragames dan lapangannya bisa saya gunakan untuk latian nyetir mobil. hahaa..

Oh ya mengapa kita bisa sampai di UPI alasannya tidak lain dan tidak bukan karena partner saya waktu SMA, Agus Ramelan. Sekarang menuntut ilmu di Pendidikan Teknik Elektro UPI. Senang sekali bisa bertemu di Bandung.

Agus Ramelan
Setelah puas berkeliling menyambangi UPI, kita akhirnya menuju Lembang tempat impian saya berada. OBSERVATORIUM BOSCHA. yaah seperti anak kkecil lain yang suka berandai-andai dan memimpikan sesuatu pun dengan saya. Dari sejak nonton Petualangan Sherina di VCD yang baru dibeli pada hari sebelumnya, saya sangat menginginkan untuk bisa minimal menginjakkan kaki di depan gerbang observatorium ini. Dan pada tanggal 19 Januari 2012, impian saya akhirnya tercapai. hehe

Waktu saya di BOSCHA
Karena pada saat kunjungan adalah hari kamis, kita tidak bisa masuk ke ruang teropong karena untuk perorangan jatah kunjunggan adalah hari Sabtu. Jadilah kita hanya foto-foto di depan bangunannya saja. Kalopun kita bisa masuk setiap orang akan dipungut biaya Rp 10.000,00 denggan mendapat fasilitas pendampingan dan penjelasan dari seorang guide. Untuk siswa biayanya hanya Rp 7.500,00 saja. Setelah puas di BOSCHA kita kembali lagi ke UPI. Ternyata tadi ada satu bangunan yang masih kita lewatkan. UPI memiliki gedung icon yang digunakan di semua media publikasi UPI. Gedung icon ini digunakan untuk kesekretariatan kampus..
Gedung icon UPI
Cukup berfoto-foto di depan Gedung icon UPI, tak terasa waktu terus berjalan dan harus mengucapkan 'sampai jumpa' ke Ramel. Kemudian acara berlanjut ke Museum Geologi di Jalan Diponegoro. Untuk mencapai museum ini nantinya akan melewati fly over Pasupati (hhuuaaa bagus looh).

Pukul 14.50 kita sampai di Museum Geologi. Langsung masuk ke Museum dan kemudian berkeliling beberapa saat. Saya kepisah dari temen-temen dan akhirnya mereka bingung nyari saya. hahaa.. Saya masih asik di dalam, mereka malah udah pada keluar.. Di Museum Geologi ini ada replika dinosaurus yang besar sekali.

Fosil dinosaurus yang besar banget
Museum Geologi tampak depan
Kemudian setelah dari museum Geologi cari makan siang di pinggir jalan lagi.. Kali ini kita berempat habis Rp 36.000,00 kalo dirata-rata jadi tiap anak menghabiskan Rp 9.000,00. Setelah puas makan, kita kembali ke tempat parkir dan menunggu mas Arif dan Wakhid solat ashar. Saya dan Mbak Atin sudah menjamak solat ashar dengan dhuhur ketika di UPI tadi. Setelah mereka selesai, perjalanan lanjut ke UNPAD dan hanya berfoto di depan Rektorat dan kemudian kita berpindah ke Institut Teknologi Bandung (ke ITB ini seperti membuka luka lama. hahaa). 

Waktu di ITB
Banyak banget penjelasan Mas Arif tentang ITB ini. Salah satunya adalah bunga yang berada di gerbang ITB yang saat ini berwarna ungu, ketika bulan Agustus akan berubah warna menjadi kuning. Di ITB yang merupakan eco-campuss disediakan beberapa sepeda untuk digunakan secara bebas oleh mahasiswanya. Sepeda motor mahasiswa dilarang untuk masuk wilayah kampus. Jadi tidak mengherankan kalo di ITB sepi sepeda motor. Bagian tengah kampus terdapat kolam yang dibawahnya terdapat keramik membentuk gambar NKRI. di pinggir-pinggir kolam tertulis nama-nama jurusan yang ada di ITB. 

Selain hal-hal di atas yang menarik dari ITB adalah Gedung di ITB diberi nama dengan nama donaturnya. Misalnya T. P. Rachmat dan Benny Subianto. konon untuk bisa mematri nama di sini mereka memberikan uang sejumlah 25 M Rupiah. ckckckck.. Untuk mewujudkan eco-campus juga, ITB memberikan area merokok untuk dosen maupun mahasiswa di bawah pohon yang terdapat tiang berpalang kuning. Ketika lihat ini saya tertawa ngakak.. bisa tuh diterapin di UNS juga.. Biar polusinya keserap pohon. hehe..

Setelah cukup puas mendengar cerita Mas Arif dan melihat-lihat ITB dan hari sudah mulai petang juga, kami memutuskan untuk kembali ke kontrakan mas Arif untuk mengembalikan motor dan kemudian pulang. Setelah melakukan solat maghrib di masjid dekat kontrakan mas Arif, kita langsung bersiap-siap pulang dan menuju Stasiun Kiara Condong dan (lagi-lagi) menunggu Kereta Kahuripan. Sebelum sampai di Stasiun, karena waktu masih tersisa cukup lama kita mampir untuk makan malam. Untuk makan malam, kita menghabiskan Rp 5.000,00.

Acara travelling di Kota Bandung berakhir seiring datangnya Kereta Kahuripan dari arah barat. hehe..

Jadi biaya yang saya keluarkan untuk travelling di Kota Bandung ini rinciannya adalah sebagai berikut:
Tiket PP Kereta Kahuripan Rp 70.000,00
Sarapan                            Rp  6.000,00
Makan siang                      Rp   9.000,00
makan malam                   Rp    5.000,00
Angkot 2x                        Rp    5.000,00
parkir museum                  Rp   2.000,00
Jadi total biaya yang saya keluarkan adalh Rp 97.000,00
Dengan pengeluaran di bawah seratus ribu dan kita bisa main di Kota Bandung. asiik kaan...
Ayok pada Backpacking ke Kota Bandung Bermartabat. Tapi temen-temen juga harus punya temen yang minimal sebaik Mas Arif. :D
Makasih Mas Arif yang sudah membantu banyak untuk perjalanan kita ini.. :D

1 comment:

  1. Ceritanya berlebihan (terutama yang mengenai saya), tapi menarik narasi tentang kota Bandung-nya. Jangan kapok main ke Bandung ya. masih banyak yang bisa dikunjungi.

    ReplyDelete