Monday 14 October 2013

Ketika

Aku mengenalmu baru sebentar saja.

Aku mengenalmu dengan kata yang sulit kumengerti. Aku mengenalmu dengan hal yang aku hindari. Aku mengenalmu dengan semua yang tidak aku ingini.

Ada energi yang tidak bisa dikendalikan anak manusia. Ia mendekatkan apa yang kamu benci hingga menjadi hal yang kamu sukai.

Energi itu mengendap-endap. Tak tahu bagaimana cara mengetuk. Ia datang. Ia menjadi nyata. Walaupun hanya untuk satu orang.

Sekiranya aku sudah meletakkan hati ku dalam gelas yang di dalamnya aku tuangkan kopi hitam kesukaanmu. Tapi sepertinya kamu tetap tidak mengerti. Tidak apa-apa karena kamu pastilah butuh waktu untuk mengerti. Seperti anak kecil yang bermain-main hingga akhirnya ia beranjak dewasa dan mengerti.

Hati yang telah bersemi cinta yang kuingini ada untuk mu bukanlah hati yang terburu-buru. Ia bersabar. Menanti waktu dimana kamu datang.

Jika kelak cintamu datang menyapaku, maka sapalah aku di kala senja dengan semburat kekuningan dari cahaya yang sama-sama kita pahami ia adalah cahaya yang tidak akan pernah lepas dari apa yang kita sebut jalan hidup. Ya jalan hidup kita.

Atau sapalah aku dalam riuhnya hujan. Karena dalam riuhnya hujan aku akan mengingat rasa kesepian yang hadir saat ini. Bukan. Bukan aku ingin mengalami kesepian lagi setelah bersamamu, tapi saat itu akan aku rasakan kesepian yang terakhir karena bersamamu akan aku sambut hiruk pikuk dunia.

Akankah datang masa itu? Masa dimana mimpi memiliki dua pemilik.

2 comments: