Haloo.. Setelah beberapa bulan
ini bergulat dengan tulisan yang bernuansa atau lebih tepatnya mengikutkan
pesona hati dan jiwa, kali ini saya mau kembali nulis tentang beberapa tempat
wisata yang telah saya kunjungi secara tidak sengaja beberapa bulan lalu. Untuk
tulisan saya yang pertama saya akan menulis mengenai salah satu tempat wisata
di Lembang, Bandung yang sangat membuat saya jatuh hati
Awal ceritanya begini, pada bulan
Oktober 2013 lalu, saya dan sahabat saya Imel mengikuti kompetisi karya tulis di
UPI yang bertajuk Indonesia Student Researcher Festival (ISRF). Awalnya hanya
iseng-iseng ikut mendaftar saja karena bosan dengan rutinitas PPL yang di awal
bulan hanya banyak duduk di basecamp, ini kami manfaatkan untuk membuat alat
bantu belajar Bahasa Inggris yang kami namai ‘CHIBY’. Jangan bayangkan CHIBY
sebagai cewe-cewe cantik girlband di TV itu yak. CHIBY di sini adalah singkatan
dari Chart for Integrated Vocabulary.
Singkat cerita dengan modal karya tulis CHIBY ini, kami akhirnya diundang ke
UPI untuk mengikuti final yang terdiri dari 10 finalis dari perguruan tinggi di
seluruh Indonesia. Dengan berbekal surat tugas yang ditandatangani Bapak
Pembantu Dekan kesayangan saya, berangkatlah saya dan Imel ke Bandung pagi itu
dan dengan berat hati kami membolos tidak masuk PPL dengan surat izin tentunya.
Dan lebih singkat cerita lagi,
setelah melalui saat-saat final yang mendebarkan dan pengumuman pemenang,
sampailah kami pada acara yang (biasanya) sangat saya tunggu di even seperti
ini. Yak Field Trip! Pada awal kedatangan saya, saya sudah sangat excited
ketika Agus, salah satu panitia ISRF sekaligus sahabat dan rekan tim penelitian
saya waktu SMA dulu, bilang bahwa field trip kami akan ke Lembang. Walaupun
saat itu saya belum tahu akan ke bagian mana dari Lembang saya sudah sangat
senang dulu karena saya selalu bisa menemukan alasan untuk menyukai suasana pegunungan semacam Lembang ini.
Nah yuk mari masuk ke inti
cerita. Floating Market Lembang! So readers here we are!
Jadi setelah melalui suasana
final ISRF yang mendebarkan, dengan menggunakan bus kampus UPI, kami berwisata
ke Floating Market Lembang. Floating Market Lembang merupakan wisata alam
pedesaan kota Lembang yang sejuk. Tempat wisata ini terletak di Jalan Grand
Hotel No 33E. Untuk masuk ke kawasan wisata ini masing-masing orang harus
membayar Rp 10,000,00 sedangkan bagi pengunjung yang menggunakan mobil akan
dikenai biaya sebesar Rp 5,000,00. Setelah dari loket masuk kami mendapatkan
tiket masuk ke Floating Market. Nah yang asik dari sini, tiket masuk yang
masing-masing kami pegang dapat ditukarkan dengan minuman yang berada di Lobi
masuk Floating Market. Ada banyak macamnya seperti Lemon Tea, Milo, Coffe Latte
dan Choco latte. Dengan diberikan pilihan itu tentu sudah pasti saya langsung
memilih Milo! Haha. Eits tapi saya tidak langsung menukar tiket saya dengan
minuman karena saran dari Agus dan Lentik lebih baik menukarkan minuman kalau
sudah selesai berkeliling saja. Karena baru pertama kali ke Floating Market ini
saya nurut saja dengan saran mereka. Toh mereka yang urang Bandung euy.
Sebelum berkeliling Floating Market berfoto bersama dulu dengan finalis lain. |
|
|
Ketika di perjalanan menuju
Floating Market ini saya membayangkan Floating Market yang dipenuhi dengan
pedagang-pedagang yang menjajakan makanan seperti di Kalimanatan maupun di Ayuthayya,
Thailand. Tetapi bayangan saya 80% tidak tepat. Karena ketika masuk ke Floating Market ini saya
langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat-sangat berbeda. Lebih
menyerupai suasana di Eropa! Yah walaupun saya belum pernah ke Eropa tapi yang
saya lihat pertama kali di Floating Market ini seperti bayangan saya tentang
Eropa. Hehe.
|
Saya sebut ini pohon payung karena bentuknya kayak payung :D |
Jadi memang Floating Market di
Lembang ini bukan didesain untuk perdagangan melainkan untuk wisata. Sehingga
tidak mengherankan ketika tata tempat dan dekorasi di Floating Market ini
didesain sedemikian rupa untuk menarik hati para wisatawan.
|
Ini salah satu titik di sepanjang taman. di belakang adalah Danau Situ Umar. |
Setelah melalui jalan setapak
yang dipenuhi dengan berbagai taman yang indah, akhirnya kami sampai di
deretan pedagang yang menjajakan dagangannya dari atas perahu. Perahu-perahu di
sini ditata sangat rapi dan didesain dengan desain yang bermacam-macam dan
tentunya unik. Tapi jujur saja untuk membeli makanan di sini, kocek saya sangat
tidak mendukung. Karena makanan-makanan di sini sangat mahal dengan kisaran
harga Rp 5,000 hinggal Rp 35,000 dari makanan ringan hingga makanan yang lebih
berat seperti siomay, gudeg, ronde jahe, dan jenis-jenis makanan lain. Untuk
makan di Floating Market ini sangat tidak recommended untuk kantong mahasiswa.
Hingga saya dan Imel yang ditemani Agus dan Lentik berkeliling pasar pun hanya
rela untuk melewati semua pedagang-pedagang ini.. T.T
Oh ya. Ada yang unik dari sistem
jual beli di Floating Market ini. Untuk membeli makanan dari para pedagang di
Floating Market, pengunjung harus menggunakan koin yang dijual di lobi masuk
Floating market ini. Ada empat jenis koin dengan nilai Beragam yakni Rp 5,000
(kuning), Rp 10,000 (biru), Rp 50,000 (pink) dan Rp 100,000 (orange). Seperti
halnya koin di Timezone, koin di Floating Market ini pun tidak dapat diuangkan
kembali tapi bisa digunakan untuk kunjungan berikutnya lagi.
|
Salah satu perahu yang menjajakan lolipop warna warni. Sayang mahal T.T |
|
Ada beberapa perahu yang menjajakan makanan tradisional dari propinsi-propinsi di Indonesia. |
Setelah melalui deretan penjual di atas kapal, kami kemudian menaiki
tangga jembatan yang menghubungkan pasar terapung tersebut dengan taman yang
berisi banyak wahana permainan dan spot-spot foto yang bagus untuk dicoba
semua. Sehingga untuk saya dan Imel ditambah Lentik, LO kami selama ISRF, kami
pun kegirangan untuk foto di tiap sudut taman ini dan tentu saja Agus yang
menjadi juru kamera. Hehe..
Ini dia salah satu titik yang
sempat kami gunakan untuk berfoto.
|
Salah satu titik yang asik buat foto seru-seruan. |
Selain itu di Floating Market
juga terdapat beberapa wahana permainan untuk anak kecil, seperti memberi makan
ikan, memberi makan angsa, memberi makan kelinci, kano, ATV, Flying Fox, Perahu
kayuh, sepeda air, sampan , kebun petik strawberry dan kebun sayur organik.
Selain itu di pinggir danau juga terdapat gazebo yang dapat disewa dengan biaya
Rp 65,000 per jam. Dan lagi-lagi karena keterbatasan uang saku dari fakultas
yang tidak ada anggaran untuk menjajal semua wahana tersebut saya dan Imel
lagi-lagi hanya lewat saja. Intinya yang banyak kami lakukan di sini adalah
berfoto di sana sini supaya tidak ada satupun spot yang terlewat dari jepretan
lensa kamera kami.
|
Ini dia minuman yang bisa didapat dengan menukarkan tiket masuk Floating Market. |
|
Setelah melewati jembatan bambu terakhir. |
Akhirnya setelah melewati
jembatan bambu yang menghubungkan sisi kanan Floating Market dengan bangunan
utama kami pun kembalii ke tempat semula
dan Agus kemudian mengingatkan kami untuk menukarkan tiket yang kami bawa di
awal. Karena Agus dan Lentik adalah panitia dalam acara ini, jadi mereka
mengkoordinasi teman kami yang lain untuk berkumpul dan melanjutkan perjalanan ke
tempat lain sedangkan saya dan Imel duduk santai di pinggir danau Situ Umar yang
menjadi pusat Floating Market ini dengan menyeruput segelas Milo. Perfecto!
No comments:
Post a Comment