Kalo boleh cerita, ini semua berawal dari LKMM. LKMM yang menakjubkan tapi ndak sempet aku share ceritannya di blog gara-gara setelah LKMM langsung sok sibuk jadi juru tulis di ASEAN Paragames. LKMM yang memperkaya khasanah keilmuan dalam diri seorang Mia Febriana. Bukan lebay kalo aku bilang LKMM adalah tempat dimana aku tau mereka untuk pertama kalinya. Mereka yang Subhanallah sangat keren menurutku. Kalo aku menjadi mereka, mungkin keputusan yang aku ambil sangat beda. Aku memilih berhenti dan pura-pura tidak tahu menahu. Pura-pura mati kalo kata Raditya Dika. Tapi mereka ndak gitu, mereka mengambil langkah awal yang keren! Yang Indonesia membutuhkan orang-orang seperti mereka. Yang tidak hanya memilih terasing tapi juga keluar dari keterasingan untuk sebuah perbaikan.
Beberapa pertemuan dengan mereka, membuat aku semakin bersemangat dalam memperjuangkan kebenaran (kebenaran atau pembenaran? entahlah. Pada sisi ini aku masih merasa bimbang). Sempat terpikir karena mengenal mereka aku menjadi tau tentang banyak hal. Tentang hal yang selayaknya ndak aku ketahui dalam kaitanku sebagai rakyat jelata yang kadang terlalu apatis karena kalo mau aktif terhambat di tengah jalan. hahaa.. Rakyat Jelata. Rakyat yang kadang lebih bisa memahami apa yang dibutuhkan oleh orang bawah. Kembali lagi. Aku merasa dengan mengenal mereka aku masuk dalam lingkaran itu. Lingkaran yang sejak semester 1, berusaha aku hindari. Berusaha menutup mata tentang keberadaanya dan berusaha tidak masuk dalam hegemoni kawan-kawan. Tapi sekarang aku di sini. Tidak secara langsung memang, tapi sudah cukup membuat ku tetap terjaga di malam harinya.
Siang ini, di atas kursi biru yang baru datang lusa kemarin di sekre, dengan menghadap laptop yang dilayarnya banyak angka-angka dan poin-poin (karena baru ngerjain proposal), resah, galau lagi. Dan terbesit sesuatu (yang astagfirullah jangan sampai terbesit lagi). "Kadang mengetahui sedikit itu membahagiakan dan yang mengetahui banyak hal itu menyedihkan". Pemikiran konyol kalo aku pikir. Mana tanggung jawabku sebagai seorang manusia pembelajar? ckck.
Tidak ada penyesalan mengenal mereka. Mereka yang berani keluar dari sebuah sistem yang mengakar. Mereka yang menjadi pemantik. Mereka yang menjadi air di padang gersang. Mereka yang menjadi perintis bukan pengekor (udah ah lebay nya). Dan hal lain yang keren-keren.
Dari mereka aku lebih banyak belajar tentang perjuangan, dan semangat. Mereka memberikan pembelajaran lebih ketika dua bulan lalu aku berpikir, bahwa aku tidak meningkat. Bahwa aku berada dalam level aman. Mereka mengajarkan tentang banyak hal. Tentang sebuah KESOLIDAN.
Mereka yang tetap bisa tertawa apapun yang terjadi di depan mereka. Aku selalu berpikir dan berprinsip bahwa seorang yang keren adalah orang yang bisa menertawakan kegagalan. Dan itulah mereka. Mereka yang aku anggap sebagai sebuah keluarga sekarang (yang entah mereka menganggapku bagaimana, karena aku sudah jatuh cinta duluan, haha).
Yang ingin aku sampaikan, ini adalah sebuah awal. Awal dimana sebuah perubahan akan tercipta. Dimana dalam setiap perubahan harus ada seorang perintis. Walaupun kita lebih mengenal Ir Soekarno daripada Wahidin Sudirohusodo, yakinlah perjuangan kita saat ini adalah sebuah pencapaian yang LUAR BIASA. Tetap SEMANGAT dalam BERKARYA untuk mencapai KESUKSESAN.
Ini Keluarga barunya Mia Febriana, BERSAMA :D
5 januari 2012, 2.55 AM
-Kalo kita lebih mengenal Joko Widodo daripada Bibit Waluyo, itu sebuah kebenaran-
(Mia jangan bandel deh -,- )
No comments:
Post a Comment