Thursday, 27 September 2012

Ulangan

Tadi pagi-pagi waktu lagi hectic mau berangkat kuliah. Sekitar pukul 08.00 a.m.

Adik Kos : santai Mbak santai..
Aku : Ndak bisa santai nih. Ntar aku presentasi jam setengah sembilan belum belajar materi.
Adik Kos : Wah Mbak Mia presentasi, aku ntar ulangan.
Aku : Hah ulangan???
Adik Kos : Ujian ding Mbak ujian (sambil logat ngapak soalnya adik kosku orang Kebumen).

Wednesday, 26 September 2012

Jiwa

Jika kamu mengatakan itu hal mudah. (Sungguh) satu hal itu tidaklah mudah. Mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir tentang banyak kemungkinan. Namun itulah. Itulah perbedaan ini dari pembahasan yang lain. Pembahasan mudah ketika bahasan ini hanya mencakup physically saja. Baiklah akan aku jelaskan lebih rinci.
Untuk menyatukan dua fisik itu tentu hal mudah. Tapi ini adalah tentang penyatuan dua jiwa.
to open up your soul to another person, dan mempersilahkan mereka untuk masuk pada semangat, pemikiran, ketakutan, masa depan, harapan, dan mimpi. Adakah yang masih mengatakan itu hal mudah dan dapat dilakukan secara instan?
Meet me if you find it!

Tuesday, 25 September 2012

Sayap

Aku sudah di sini. Di tempat baru. Masih asing memang tapi aku (mungkin) sanggup tetap di sini. Walaupun aku (sedikit) merana di sini, tapi ini semua tidak bisa untuk ditinggalkan begitu saja. Aku menyukai saat ini. Dan kesukaanku pada saat ini tidak lah kesukaan kesukaan seperti apa yang aku perlihatkan. Mungkin suatu saat akan menjadi bom waktu. Tapi untuk saat ini aku (benar-benar) menyukai ini. Menyukai saat-saat dimana aku bersikap kekanakan. Tapi dalam hati (sungguh) ada sebuah hal yang menjadi banyak pertimbangan. Bukan tentang kamu memang. Tapi ini tentang aku sendiri. Pertimbangan ini adalah pertimbangan yang tak dapat diputuskan begitu saja.

Jika cerita ini tentang keterikatan, biarkanlah ikatan ini bukan menjadi sebuah ikatan rantai, biarkan ikatan ini memberikan sayap bagi masing-masing kita untuk terbang bebas namun kita tetap ingat dimana sangkar kita berada.

Monday, 24 September 2012

Pendaftaran Forum Indonesia Muda sudah dibuka!

Tahun ini FIM kembali mengadakan pelatihan untuk angkatan ke-13 dengan tema “Character Building: Refleksi 84 Tahun Sumpah Pemuda“. Yuk yang pada pengin ikut buruan daftar! :)

Sunday, 23 September 2012

Setengah Rasa


Setengah rasa tuh ndak enak. Beneran dah. Kalo makan bakso, ndak enak kalo kecapnya dikit. Kecapnya harus beneran bikin kuah jadi item pekat. Jadi ntaran ndak jadi rasa setengah kecap ataupun setengah bakso. Rasanya asli kecap. Kalo lagi ndak pengin rasa kecap, yaudah ndak usah dikasih kecap. Jadi kuah asli rasa bakso. Kalo makan es campur, kalo ndak susu nya yang dibanyakin, minta sirupnya yang dibanyakin. Biar rasanya ndak setengah setengah.

Kalo rasanya setengah-setengah artinya campuran dari banyak rasa kan, itu ndak enak di lidah. Lebih enak kalo cuma ngrasain satu rasa aja. Tapi rasanya maksimal. Sampai bikin galau tiap malem. Yah namanya rasa, kalo udah maksimal susah udah kalo pengin dibolak-balik.

Wednesday, 19 September 2012

Transformasi

Akhir-akhir ini banyak temen-temen yang omongannya ngena baget euy di ati n kalo misal dipikir-pikir ada benernya juga. Ini tanda Mia mulai geser dari seorang Koleris jadi Melankolis apa yak. Sukanya mikir pake perasaan. Huehehee..

Ini nih Mia punya beberapa kata-kata bijak hasil dari ngobrol sama temen-temen dan dosen.

"Kalo memahami apapun jangan parsial Mi usahakan menyeluruh."
(Wahyuni, di sela-sela perkuliahan TEFL)

"If You have, give it to others and if You need, take it from others." ~in the context of knowledge
(Kristiandi, S.S., MA., dalam perkuliahan Syntax)

"Di sini Kamu bakalan ndak sempet mikirin diri sendiri"
(Albert Muhammad, nasehat di sela Internship International Office)

"Nulislah, sampe mata udah ndak bisa ditahan lagi buat tidur, sampe badan udah lupa sama yang namanya laper.."
(Septian Suhandono, waktunya pas banget waktu lagi males nulis)

Monday, 17 September 2012

Friendly Hatyai


Ehhmmm.. Setelah kemarin, Mia nulis tentang perjalanan sampai Malaysia, kini saatnya buat cerita perjalanan ke Hatyai. Ndak banyak yang bisa diceritain sih sebenernya. Mengingat dulu waktu perjalanan ke Hatyai kita ambil perjalanan malem. Dari Kuala Lumpur yang dijadwal bus kita berangkat pukul sebelas setengah (artinya setengah 12 ;p) ternyata bus nya dateng ke depan Seven Eleven pukul duabelas setengah. Padahal kami udah deg-degan kalo busnya ndak dateng. Eh, waktu kita udah hilang harapan, busnya dateng dah. Bus yang kami tumpangi namanya “Konsortum Bus Express”.

Setelah bus datang kami ndak buang-buang waktu lagi langsung dah masuk ke dalam bus. Dalam bus ini ndak ada sistem nomor tempat duduk. Jadi kami bebas mau duduk dimana. Akhirnya Mia sama Penny jadi satu tempat duduk sedangkan Mbak Atin sama Ari. Naah di sini nih Mia baru bisa tidur. :D Busnya nyaman banget euy. Sampai-sampai waktu berangkat yang duabelas setengah, Mia langsung tidur, bangun-bangun udah pukul empat setengah+satu suku alias 4.45 Waktu Malaysia. Mata mengerjap, masih pengin tidur, liat samping, Penny juga masih tidur, Langsung pasang ‘eye shade’ lagi buat lanjutin tidur. Lah, ndak sholat subuh? Jam segitu di Malaysia belum Sholat Subuh euy. Soalnya beda waktu satu jam :D Jadi asumsi Mia, itu belum waktu Sholat.

Akhirnya pukul lima setengah bus berhenti di daerah perbatasan. Namanya Ipoh. Ipoh ini kota perbatasan di sebelah Utara Malaysia. Di sini seperti pool bus kalo di Indonesia. Kami bisa makan dulu atopun Sholat. Berasa bus berhenti, kami semua bangun dan lihat jam. Langsung ambil air Wudhu, kami pun melaksanakan Sholat Subuh. Makan? Belum kepikiran sebelum sampai di Hatyai. Hehe. Berasanya masih deg-degan. (yang ngrasain ini Mia aja ato yang lain juga ngrasain hal yang sama yak?) Intinya kami belum makan waktu busnya berhenti di Ipoh.
Di sini juga paspor kami diminta sama petugas busnya, untuk diselipin kartu imigrasi. Waktu paspor diminta, Kami ndak takut misal paspor kami dibawa ato gimana, soalnya sebelum perjalanan ini, kami sudah browsing banyak hal tentang nyebrang ke daerah perbatasan. Beberapa saat kemudian, Bapaknya Arab (iya bener bapaknya karyawan bus ini orang keturunan Arab) dateng lagi nemuin kita buat ngembaliin paspor plus kartu imigrasi yang udah diisi lengkap informasi yang dibutuhkan di kartu imigrasi. Cuuusss setelah semua beres, bus kembali lagi melakukan perjalanan. Apakah masih lama? Ntahlah saat itu kami semua ndak tau masih lama atau ndak. Yang pasti setelah beberapa saat perjalanan, kami sampai di Pejabat Imigraseen Tanah Hitam Malaysia. Di kantor ini, semua harus turun namun tidak perlu menurunkan barang bawaan. Hanya penumpangnya saja. Setelah Paspor dicap dengan tanda keluar oleh petugas, kami pun masuk bus lagi. Setelah penumpang sudah komplit, bus kembali berjalan, dan hanya beberapa saat kami tiba di Kantor Imigrasi untuk masuk Negara Thailand. Di sini kami diminta turun dengan membawa barang bawaan kami.

Ndak seperti waktu di Malaysia, saat di Thailand ini banyak banget antriannya. Padahal ada tujuh loket kalo ndak salah. Loket 1-5 untuk pejalan kaki (Mia dan temen-temen lewat loket ini pemeriksaannya). Loket 6-7 untuk pengendara mobil ataupun bus. Setelah beres urusan imigrasi, kami berempat kembali ke bus dan setelah penumpang semua kembali kami pun melanjutkan perjalanan. Saat perjalanan inilah ada rasa bangga yang tiba-tiba muncul. Walaupun saya (bukan) penggemar band Melayu, mendengar lagu mereka diputar di bus waktu perjalanan menuju Hatyai itu rasanya baru aja sampai di negeri orang tapi langsung dideportasi (maksudnya kayak lagi di rumah sendiri. Soalnya kanjeng Mami penggemar W*li Band T.T) Ternyata berita-berita yang ada di Indonesia, kalo band-band kita laris manis di negeri seberang tuh bukan cuma isapan jempol aja. :D

Pukul setengah sembilan pagi akhirnya kami sampai di Hatyai. Kami diturunkan di depan loket penjualan tiket bus ke Bangkok. Kami langsung masuk ke tempat itu dan mencari tiket buat lanjut perjalanan ke Bangkok. Ada banyak pilihan waktu dan harga bus untuk menuju Bangkok. Mia dan temen-temen memutuskan buat ambil bus yang harganya 850 Baht atau sekitar 255,000 rupiah. Jadwal perjalanan masih cukup lama yakni pukul setengah 5 sore. Ndak seperti Malaysia yang beda waktu satu jam dengan indonesia, Thailand ndak punya beda waktu dengan Indonesia. Jadi setngah lima waktu Thailand berarti setengah 5 waktu Indonesia juga. :D

Seperti rencana awal, setelah beres dan mendapat tiket bus menuju Bangkok, Mia memutuskan untuk cari kounter untuk membeli nomor Thailand dan segera mengganti nomor untuk menghubungi teman-teman (baca: Lohmi dan Asma). Tidak perlu mencari cukup lama karena di depan penjual tiket ternyata ada yang jualan! Tanya tanya harga ternyata harganya 150 Baht. Yang konon akhirnya ternyata cuma isi pulsa sebesar 50 Baht. T.T

Karena sebelumnya Mia udah punya nomor handphone Lohmi dan Asma, setelah punya nomor Thailand, langsung dah hubungi mereka. Ternyata Asma masih bekerja dan Lohmi masih di Asrama temannya. Alhasil kami masih sendirian untuk beberapa saat. dan selama masa kesendirian kami ini (ceile :D ), kami memutuskan buat jalan-jalan di daerah sekitar. Setelah puas jalan-jalan, akhirnya Mia dan temen-temen bisa ngrasain kalo perut lagi laper. Karena khawatir makanan yang dijual ndak halal, seperti pesan Melina, akhirnya kami memutuskan untuk membeli nasi di Seven Eleven. Harga nasi di Seven Eleven ini beragam. Dari 27-45 baht. Dan inilah gaya waktu makan di pinggir jalan Kota Hatyai.

Nasi Seven Eleven :D
Setelah kenyang makan ada telpon masuk dari Lohmi ngasih tau kalo sebentar lagi dia datang. Setelah menutup telpon, giliran telpon dari Asma yang menginfokan kalo rumah makan punya ibunya di deket tempat kami makan tadi (T.T terlanjur makan nasi instan), kami disuruh untuk segera datang ke sana. Nama rumah makannya "Hamid Rastaurant'. Advise nih buat temen-temen yang mau berkunjung ke Hatyai bisa diagendakan buat mampir ke rastaurant ini karena restauran milik Ibu Asma menjual masakan Halal yang notabene susah dicari di sini. 

Kayaknya  tulisan bikin bosen yak guys? Miaa tampilin foto-foto aja yak. huehehe (Padahal Mia yang udah bosen :p )

Ini udah di Restoran Ibunya Asma. (Belum ada Lohmi)

Ini di Jalanan kota Hatyai

Ini tuk-tuk di Kota Hatyai. Berbeda dengan tuk-tuk yang ada di Bangkok.

Pertokoan di Kota Hatyai

Berfoto bersama Ibu Asma

Persiapan berangkat ke Bangkok

Bus jurusan Bangkok :D

Asma dan Norma, teman-teman Darmasiswa tahun 2010

Makan malam saat perjalanan ke Bangkok bersama Lohmi :D

Sunday, 16 September 2012

SHS

Just heard song which 'booming' when I was Senior High School. Remembering what I have done past. When I was in SHS, I had an amazing experience ever! Friends, Teachers, and all members of My Senior High School make me living and making home there. In SHS, I experienced my Naughty Era. When I slept over, When I got bullied from my Senior T.T, When I came late to the Class. Oh I miss that moment badly!

*Please ignore my grammar-mistakes. When I go to campuss, I just want to learn How to Teach, not How to Understand Grammar :p

Wednesday, 12 September 2012

Untuk sukses, seseorang harus mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

September 12, 2012
(Prof. Dr. Joko Nurkamto, M. Pd. dalam perkuliahan ELT Curriculum)

Monday, 10 September 2012

From Left to Right: Penny, Sosialist. Mia, Nationalist. Melina, Zombinist (maksudnya orang yang suka main plant vs zombie). Ressa, Fashion Stylist. Yeni, Linguist.
We are English Education Department student. :D

Sunday, 9 September 2012

Touchdown Malaysia!


Yay! Setelah kemarin nulis acara di konferensi sekarang giliran nulis cerita backpacking dah kayak janji ke temen-temen kemarin. Hueee pembaca mari kita mulai saja. Karena waktu pengajuan proposal kemarin, kami (Penny, Ari, Mbak Atin dan saya) ndak ngajuin biaya buat jalan-jalan cuma ngajuin biaya buat konferensi  (iyaalah emang wak*l rakyat minta duit buat jalan-jalan. Ups!) jadilah kami jalan-jalan dengan budget yang minim yang mengakibatkan kami tambah hemat.

Pukul 10.00 Mia dianter sama Babe, Kanjeng Mami, sama Mas Novi berangkat ke Ahmad Yani International Airport. Kenapa di Semarang? Karena dapet tiket murahnya yang keberangkatan dari sana T.T Lalu bagaimana dengan Penny, Ari dan Mbak Atin? Mereka sudah menunggu di Terminal Boyolali. Pukul 12.00, dengan Mas Novi yang nyetir mobil akhirnya rombongan keluarga Mia sampe dah di Terminal Boyolali. Udah siang gitu, akhirnya kami memutuskan untuk ibadah Sholat Dhuhur dan Ashar sekaligus. Setelah kelar, pukul 12.30, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke bandara setelah sebelumnya pamitan sama orang tua Penny. Ada hambatan waktu perjalanan ini. Jalanan menuju Semarang tepatnya di daerah Salatiga macet panjang. Lalu lintas beneren ndak ketata waktu itu. Akhirnya kemudi diambil alih sama Babe dan syuuuuunnnggggg keluar dah dari kemacetan. Emang keren nih Babe! :D

Berbekal sms arahan dari Tante Firstya pada hari sebelumnya (makasih tante!) akhirnya pukul 15.00 kami sampai di Bandara. Sambil nungguin Mbak Atin nukerin uang di loket dan Kanjeng Mami sama Mas Novi yang langsung mojok ke KFC, Mia liat jadwal penerbangan. So far ndak ada pemberitaan pesawat delay. Bagus!

Pukul 15.30, dirasa udah capek berdiri, akhirnya Babe nyuruh kita masuk boarding room aja biar bisa duduk-duduk, dan lagi biar Babe, Kanjeng Mami sama Mas Novi ndak kemaleman pulang ke Wonogiri nya. Akhirnya pun Mia dadah dadah lebay di jalan masuk Boarding Room sampai diliatin para porter -,-

Jadwal penerbangan ke Kuala Lumpur dengan Maskapai Air Asia berangkat pukul 17.30. Masih ada dua jam lagi buat berangkat. Setelah bayar airport tax sebesar Rp 100.000,00 per passenger kami menuju Boarding Room. Karena di Ahmad Yani jarang ada penerbangan internasional, waktu kami ingin masuk ke Boarding Room, Boarding Room nya belum buka (beneran baru kali ini nemu bandara yang Boarding Roomnya belum buka T.T). Kami pun menunggu di Waiting Room deket Boarding Room itu. Banyak banget passenger yang juga nunggu. Ada yang tiduran, ada yang cakap-cakap sama temennya. Ketersediaan Waiting Room sama jumlah passenger ndak sepadan akhirnya pun jadi overload gitu keadaannya. Ada AC tapi tetep gerah. Ternyata begini nasib bandara kecil yak T.T

Waktu di Waiting Room. Belakang Mia ada Penny.
Pukul 16.25, ada panggilan dari pengeras suara bahwa passenger Maskapai Air Asia tujuan Kuala Lumpur dipersila untuk masuk ke Boarding Room. Gara-gara kami kebanyakan bengong di Waiting Room dan lagi Penny baru kelar makan, kami udah keduluan passenger lain buat masuk ke Boarding Room. Antriannya panjang euy. Akhirnya kami nungguin aja biar rada nyusut dulu antriannya. Setelah dirasa sepi, baru dah kami ikut ngantri. Untuk menuju ke Boarding Room kami harus melewati bagian imigrasi dulu. Ada cerita lucu sih waktu di bagian imigrasi ini, but I won’t to tell you about that. Buat Mia itu embarrassing tapi buat Penny dan yang lain itu lucu! Gimana coba? Masa Mia mau cerita hal memalukkan. Mending diskip aja yak :p

Boarding room Ahmad Yani IA letaknya di lantai 1. Jadi bisa liat bannya pesawat dah! Hehe.. Ada pengumuman pesawat Air Asia jenis Airbus dateng tepat waktu, Alhamdulillah ndak delay :D Setelah petugas bandara mengumumkan agar passenger bersiap-siap masuk ke pesawat, dengan langkah gontai gara-gara ngantuk (sebelumnya Mia sempet tidur di Boarding Room -,-) akhirnya kami pun mengikuti antrian untuk masuk. Ada pesawat segede Airbus kenape ndak dimanfaatin buat objek foto, kami pun akhirnya foto bersama dulu dengan background pesawat Air Asia a True Malaysian (ini tulisan di pesawatnya). Dan ini hasilnya:

Dari Kiri : Ari, Mia, Penny

A long journey menuju Bangkok pun dimulai. Oh ya Mia belum cerita yak kenapa tujuan Bangkok tapi ambil penerbangan ke Kuala Lumpur? Hal ini tidak lain dan tidak bukan untuk menghemat biaya perjalanan yang sangat minim sekali -,- Perjalanan pesawat dari Semarang ke Kuala Lumpur memakan waktu dua jam. Ada perbedaan satu jam antara Semarang dan Kuala Lumpur, so kami sampai di Kuala Lumpur pukul 20.40 waktu Malaysia. Karena ini penerbangan murah meriah (cuma Rp 320.000,00) kami ndak turun di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) tapi turun di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) dari namanya udah bisa diprediksi sendiri gimana keadaan di terminal ini kan ya T.T jarak turun dari pesawat sampai ke bandaranya juauh euy! Kami sih menikmati aja secara bayar murah ya harus mau berjuang dong. Huehehe. Setelah melewati bagian imigrasi Malaysia dan sebelum melanjutkan perjalanan kami melaksanakan sholat jamak takhir dulu (sholat maghrib dan isya sekaligus).

Ngantri di Imigrasi Malaysia

Setelah kelar berdoa, Mia dan temen-temen keluar dari bandara untuk selanjutnya mencari dimana shuttle bus menuju terminal Puduraya. Kenapa ke Terminal? Soalnya kami mau naik bus sampai di Hatyai, rumah Asma mahasiswa darmasiswa yang dulu kuliah di UNS. Dengan tujuan sekalian bersilaturahmi dengan temen-temen darmasiswa yang lain juga, kami pun mantap untuk melakukan perjalanan darat ini.

Keluar dari prayer room, ini apa ndak ada shuttle bus. Eh langsung keinget cerita Lohmi (temen darmasiswa juga) kalo bangunan LCCT itu bentuknya U. buat dapet shuttle bus harus jalan rada jauh ke bangunan yang bentuknya lorong. Kami pun berjalan sesuai arahan Lohmi waktu seminggu sebelum keberangkatan kami. Naaah akhirnya halte tempat busnya pun ketemu. Ndak serta merta kami dapet bus untuk ke terminal Puduraya, tapi kami harus menunggu dulu di Platform number 3. Dengan keadaan sekeliling yang semuanya cakap bahasa Melayu, dan keadaan mata yang kriyip-kriyip gara-gara di pesawat jagain Penny kalo dia tiba-tiba mabuk udara (ndak sempet tidur jadinya), Mia pun coba-coba untuk cakap Melayu juga. Tapi tetep aja hasil suara yang keluar dari pita suara tetep awkward -,-

Setelah sekitar 10 menit menunggu bus untuk ke terminal Puduraya, oh ya selain bus jurusan terminal Puduraya, di Halte ini juga menyediakan bus menuju KL Sentral (stasiun Kereta Api nya Kuala Lumpur), akhirnya bus menuju Terminal Puduraya pun datang. Kami langsung naik dengan sebelumnya Ari dan Mbak Atin naruh ransel di bagasi. Untuk menuju ke Puduraya tiap orang dikenai biaya 8RM atau sekitar Rp 24.000,00 (dengan perhitungan kurs 1RM sama dengan Rp 3.000,00). Perjalanan menuju puduraya ini memakan waktu kurang lebih sejam. Di bus ini pun Mia tetep ndak bisa tidur, mungkin gara-gara di tempat baru bawaannya pengin liat pemandangan yak :D Perjalanan ke Terminal Puduraya, melewati KLIA juga. Btw, karena karakteristiknya Mia kalo laper ataupun ngantuk otaknya susah connect, waktu ada tulisan besar KLIA di sepanjang jalan, mikirnya KLIA itu tempat pengisian bahan bakar padahal sebelum-sebelumnya juga tau itu bandara nya Malaysia. T.T Baru paginya setelah sarapan di Hatyai Mia baru inget apa sebenarnya KLIA itu T.T

Pukul 22.40 kami pun sampai di Pudu Station. Karena belum pernah ke Kuala Lumpur sebelumnya, jadi bingung ini sebenernya udah sampai belum. Ternyata gelagat kebingungan kami ini ditangkap dengan tepat sama Pakcik Baik Hati. Waktu Mia turun dari bus, Pakcik udan nunggu kami. Pakcik nanya,’Adek mau ke Pudu Stastion?’ dengan wajah polos Mia jawab, ‘iya Pakcik’. ‘Baiklah sila ikut saya’. Alhasil kami berempat pun mengekor Pakcik seperti anak ayam ngikutin induk ayam. Huehehe.. Ternyata jarak kami turun dari bus ke Pudu Station lumayan juga jadi kami pun jalan kaki melewati beberapa bangunan Malaysia yang kelak waktu kami pulang dari Bangkok bakalan kami explore habis-habisan. :D

Setelah berjalan kurang lebih lima menit akhirnya kami pun sampai di Pudu Stastion. Walaupun ini terminal bus, tapi jangan bayangkan kalo keadaannya kayak Terminal Pulo Gadung ato Terminal Lebak Bulus. BEDA BANGET! Bukan maksud mau baik-baikin fasilitas di Negara orang, tapi Mia di sini mau cerita sejujurnya #cieileee… jadi bangunan Pudu Station ini ndak menyerupai terminal bus di Indonesia, tapi lebih menyerupai Mall. Fasilitasnya lengkap dan ada tempat penitipan barangnya juga. Dengan dibantu Pakcik Baik Hati akhirnya kami pun sampai di Loket Pembelian tiket bus ‘Suasana Edaran’. Untuk advise juga nih besok kalo temen-temen pada jalan-jalan ke Malaysia, dan mau beli tiket bus, mending ke tempat Makcik ini. Makciknya baik hati dan suka ngasih diskon. Huehehe.. Apakah di KL ndak ada calo? Tentu ada. Di sini calo dijuluki sebagai Ulat Tiket. Di depan bangunan Pudu Station juga ada tulisan ‘hati-hati Ulat Tiket.’ Sebenarnya waktu masuk Pudu Station kami berempat, berlima dengan Pakcik sudah diikuti beberapa Ulat tiket. Tapi berkat Pakcik Baik Hati, kami pun terselamatkan dari rayuan mereka.

Setelah memastikan kami dapat tiket ke Hatyai, Pakcik baik hati pun membeli tiket untuk pulang ke daerah asalnya. Konon sebelum Pakcik pergi, mia sempet ngobrol sedikit (karena bujukan dari calo itu bikin suasana hectic, jadi ngobrol dikit aja), waktu Mia ngobrol akhirnya diketahui ternyata kami dengan Pakcik tadi sama-sama berangkat dari Semarang. Sebelum pergi Pakcik berpesan, kalo di KL agar jangan pernah beli tiket dari Ulat Tiket. Beli aja ke Loket. Kami manggut-manggut dan akhirnya kami melambaikan tangan untuk Pakcik dengan terus bilang ‘makasih Pakcik’. Dan yang disesali, kami lupa menanyakan nama Pakcik Baik Hati ini T.T

Tiket udah di tangan, keberangkatan masih setengah jam lagi, kami pun duduk-duduk di Waiting Room sambil nunggu instruksi dari Makcik untuk menuju bus. Di tiket tertulis bahwa bus akan berhenti di depan Seven Eleven. Setelah Makcik menyuruh kami turun, dengan  diantar oleh petugas yang pake baju kuning, kami pun kemudian berada di depan Toko Seven Eleven. Untuk diketahui aja Seven Eleven ini modelnya kayak Indomaret dan Alfamart kalo di Indonesia. Dan di KL, Bangkok, dan Singapore, Seven Eleven ini menjamur banget keberadaannya! Alias banyak euy! Sedikit haus, kami meutuskan untuk membawa bekal air mineral seharga 1.30 RM dari Seven Eleven. Daaann pukul 00.30, bus menuju Hatyai akhirnya datang. Kami pun langsung naik bus dan menikmati malam dengan tidur nyaman di coach bus ‘Konsortum Bus Ekspres’ yang jarak antar kursinya lebar banget! Nyaman dan Tentram buat tidur. Huehehe..

Coming Soon cerita Hatyai!

Rincian Biaya First Day:
Tiket Pesawat Air Asia tujuan KL      = Rp 320.000,00
Airport Tax                                            = Rp 100.000,00
Shuttle bus                                            = RM 8 (Rp 24.000,00)
Bus KL-Hatyai                                        = RM 50 (Rp 150.000,00)
Air mineral 7/11                                    = RM 1.30 (Rp 3.900)
Total                                                         = Rp 597.900,00 (kurs 1 RM sama dengan Rp 3.000,00)

Saturday, 8 September 2012

Quote of The Day

Kemarin waktu lagi asik ngobrol ngalor ngidul sama temen-temen kelas B Pendidikan Bahasa Inggris 2010, seperti biasanya disamperin Bapak - yang namanya ndak mau disebut - tukang koran yang daerah operasinya di Gedung E. Bapak ini dateng tiap pukul 9 pagi sampe sekitar pukul 11 pagi daaan kalo hari Jumat si Bapak akan lebih gencar melancarkan propaganda kepada tiap mahasiswa untuk segera membeli korannya dengan dalih akan ceramah di Masjid deket rumahnya. Subhanallah!

Bapak tukang koran ini berbeda sama tukang koran kebanyakan. Seperti halnya koran Seputar Indonesia si Bapak setiap harinya punya quote of the day buat disebarin ke para mahasiswa. Edisi kemarin si Bapak bilang:

"Mbak, untuk menjadi seorang penjual yang dibutuhkan adalah tau benar tentang produk apa yang dijual. Dengan benar-benar tau kita bisa menarik pembeli dengan apa yang kita tau itu."

Dan akhirnya temen saya, Ressa, beli koran Kompas yang ditawarin Bapaknya di awal tadi. Mia beli apa? Mia pinjem punya Ressa. :p

Introduction of Drama

Drama is a story (short story ; novel) which is primarily acted on the stage by actress/actors.

Tragedy is a story of a drama/play with sad ending. Sad ending usually characterized by:
1. The death of major actor.
2. The value to overcome conflict of the major character.

Plot of play (a structural analysis):
1. Beginning (setting ; time)
2. Middle
3. Ending.

Prolog is part of the beginning which include conflict faced by the actor.
Characteristics:
1. Physical.
2. Social.
3. Moral.
4. Psychological.

Drama - September 7, 2012

Teaching Material Development

The Principal
1. Easy - Difficult.
2. Repetition will reinforce understanding.
3. Positive feedback will provide reinforcement to the students' understand.
4. High motivation to learn is one of the critical factors to be successful in learning.
5. Achieving goals is like climbing stairs, step by step, it will eventually reach a certain height.
6. Knowing the result wants to achieve will encourage students to continue to achieve the learning goals.

Types of Teaching Materials
1. Printed materials
    - Handouts ; books ; modules ; student worksheets ; brochures ; leaflets
2. Audio
    - Tapes recorder ; radio ; phonograph records ; compact disc and audio
3. Audio visual
    - Video compact disc ; films
4. Interactive teaching materials
    - CAI (Computer Assisted Instruction) ; compact disc (CD) multimedia interactive learning ; web-based teaching materials.


ELT Material Development -  September 7, 2012

Saturday, 1 September 2012

Tentang Konferensi

Yay!! Hai Guys lama ndak muncul di blog, bukan berarti saya ndak cinta lagi sama dunia blog lhoo. Cuma kemarin baru rada ribet ngurus beberapa hal yang sedikit membuat penyakit #malasnulisblog menjakiti saya. Hahaa..

Ok kali ini saya akan sedikit meng-share pengalaman saya kemarin waktu mengikuti The 8th Biennial Conference of CESA 2012 di Bangkok, Thailand. Dalam mengikuti event ini saya mendapat info dari temen deket saya, Penny. Sama halnya dengan Penny saya excited banget. Untuk membuat keinginan kita jadi nyata, kita berdua langsung semangat buat cari tau tentang acara ini dong. Kita berdua semangat buat ikut gara-gara event ini ada korelasinya sama dunia pendidikan. Iyalah dari tajuknya aja udah comparative education. Dari awalnya kita yang interest gara-gara temanya kita banget, sampai akhirnya kita berpikiran untuk sekalian jalan-jalan murah alias backpacking!

Dengan pertimbangan bahwa kita ndak mungkin backpacking hanya berdua dan cewe semua, akhirnya saya memutuskan untuk mengajak teman saya. Namanya Ari. Ari ini anak BEM berprestasi. Saya dulu ketemunya waktu di event LKMM bulan November kemarin. Iseng-iseng nanya ke dia mau ikut gabung ndak, ternyata dia langsung mengiyakan. Jadilah akhirnya kita menjadi sekelompok pasukan pejuang conference CESA. Kenapa kita bilang pejuang? Yaaah karena buat berangkat conference ini butuh banyak perjuangan.. Cieleeeee…

Singkat cerita setelah kita berdikusi dengan dosen, birokrat dan beberapa pihak terkait (ini apasih lebay) dan surat undangan dari committee conference kita dapat, perjuangan pun dimulai. Pembuatan Proposal. Setelah proposal jadi, kita ajukan kemana-mana dan akhirnya dari birokrat menyetujui dan kami pun semakin optimis untuk mengikuti conference ini.

Di sini saya ndak mau bercerita panjang lebar tentang perjuangan mendapatkan dana, karena kalo mau diceritakan di sini, bisa ndak selesai 1x24jam. Hehe..

Akhirnya pun hari H the 8th Biennial Conference of CESA terjadi. Dan saya dan temen-temen udah sampai di Thailand satu hari sebelum acara dimulai yakni tanggal 7 July 2012. Oh ya, akhirnya kita ndak hanya berangkat bertiga aja tapi berempat bersama Mbak Atin. Partner saya waktu jalan-jalan di Bandung Januari kemarin.

Event the 8th Biennial Conference ini dimulai dengan pre-conference yang dilaksanakan pada hari minggu 8 July 2012 yang konon kemarin baru kita tau kalo untuk ikut pre-conference ini harus membayar biaya registrasi sebesar 20 dollar. Untungnya kita ndak tau tentang info ini, jadinya dengan PD kita ikut pre conference yang mengundang Prof Fray dari University of Minnesota. Pre conference workshop ini mengambil title “Enhancing Excellence and Rigor in Comparative / Cross Cultural Research: Key Principles and Strategies.” Dalam workshop ini dibagi menjadi 10 tema inti dengan bahasan yang sangat bermanfaat. Tema inti dari workshop ini adalah sbb:
- What is defining character of genuine comparative research?
- Need to make value premises explicit
- Strategies for improving bibliographies
- Value of using mixed methods
- Introduction to less commonly used methodologies and methods such as tracer studies, phenomenology, meta research/synthesis.
- Complex issues related to units of analysis.
- Use of various software in data analysis
- Special ethical issues in doing comparative/cross cultural research
- Obtaining external funding to support research
- Strategies for getting published in visible prestigious international journals.

Workshop ini didominasi oleh para peserta yang berasal dari Thailand sendiri. Namun ndak sedikit juga yang berasal dari luar Thailand. Ada dari Austria, Singapore, USA, Canada, Bangladesh, dan lain-lain. Dari Indonesia pun diwakili sama kita berempat. Dan yang lebih membanggakan lagi, yang datang kebanyakan para Ph D student sedangkan kita masih undergraduate student. Dalam workshop ini saya sama Penny kebetulan duduk bersebelahan dengan seorang Professor dari Canada, namanya Prof Edgar. Beliau ini humble banget orangnya. Walaupun beliau sudah professor, beliau masih dengan antusias mendengarkan pendapat saya ataupun pendaat pee Fefe waktu FGD (Forum Group Discussion). Yang melegakan lagi beliau sama sekali ndak pernah memunculkan identitas beliau sebelum acara selesai. Baru setelah istrahat, saya diberitahu penny kalo sebenernya beliau itu Professor. Kalo tau gitu saya ndak banyak cakap waktu di FGD tadi. Hehe..

Acara workshop ini berlangsung lancar dan menyenangkan. Saya baru pertama ini mengikuti forum diskusi yang benar-benar meng-explore pemikiran-pemikiran dari pesertanya. Selama acara ini berlangsung pun, Indonesia sering disebut-sebut sebagai contoh. Hal ini bukan tanpa sebab, karena waktu workshop akan dimulai prof Fray lebih dulu menanyakan dari Negara mana saja peserta workshop kali ini. Posisi duduk saya dan Penny yang berada tepat di depan prof Fray sepertinya menjadi alasan untuk beliau selalu mengingat Indonesia. :D

Setelah acara selesai, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama Prof Fray dan prof Edgar. Juga bersama beberapa teman Ph D student Chulalongkorn University…

Bersama Prof Fray dan Prof Edgar

Hari kedua pelaksanaan the 8th Biennial Conference dimulai dengan upacara pembukaan yang dihadiri oleh Princess Kerajaan Thailand. Karena masih awal di Bangkok dan kita pun belum terlalu bisa mengira-ira waktu pada hari kedua ini kami terlambat datang ke venue dan akhirnya kami tidak berkesempatan untuk mengikuti upacara pembukaan pada saat itu. Keterlambatan kami juga disebabkan karena kekurang telitian  kami dalam membaca info dari panitia. Dalam kertas info yang kemarin dibagikan oleh panitia sebenarnya sudah tertulis bahwa pintu aula akan ditutup tepat pukul 08.30. dan kita sampai di venue pada pukul 08.40. Tapi bukan kita lantas bermain-main di sana. Karena saat itu penitia telah menyiapkan ruangan tersendiri untuk para peserta yang terlambat datang. ternyata di ruangan ini bukan kami saja yang datang terlambat ternyata banyak juga yang datang terlambat. Terlihat beberapa peserta pre conference kemarin yang juga datang terlambat. Ada juga prof Edgar diantara peserta yang terlambat datang.

Setelah upacara pembukaan selesai sekitar pukul 10.00, salah satu panitia masuk ke ruang tunggu dan mempersilahkan kami untuk masuk ke aula dan mengikuti plenary Session I dengan Keynote Speech I: “Challenges and Opportunities in Quality Education fir Sustainability” oleh Prof Mark Bray, Ph. D dari University of Hongkong. Kemudian diikuti dengan keynote Speech kedua oleh Prof Kengo Mochida, PhD selaku CESA President dengan bahasan tentang “Comparative Education for Sustainability”

Salah satu yang disampaikan Prof Mark Bray dalam plenary Session I ini adalah keberadaan four pillar. Four Pillar ini terdiri dari:
1. Learning to know
2. Learning to do
3. Learning to live together
4. Learning to be.

Dan inilah Prof Mark Bray.

Prof Mark Bray from University of Hongkong
Dari sekian pembicara yang hadir dalam conference ini saya paling excited sama Prof Mark Bray. Beliau selain punya kualitas yang terlampau mumpuni di bidang beliau tapi tetep rendah hati banget. Waktu itu udah sore, kami persiapan untuk mengikuti Welcome Reception. Dasarnya udah seneng duluan sama materi yang disampaikan sama Beliau waktu plenary Session, ndak buang-buang kesempatan waktu ketemu beliau di depan ruang presentasi. Langsung nyamperin dan inilah percakapan sama Beliau yang bikin saya malu kalo mau sombong.

"Hi Sir! How are you?"
"Hi Fine. You?"
"I'm fine too. hmm Did you present this morning Sir?" (basa-basi ini sebenernya  buat memastikan kalo saya ndak salah mengenali orang)
"Yeess I did."
"So, are you Mark Bray?"
"Yes, this morning I became Mark Bray" (jawaban terakhir ini yang bikin tambah melting)

Kalo saya ditanyain orang, 'hi tadi kamu presentasi ya?' | 'iya' | 'Jadi kamu yang namanya Mia?' | 'Ya iyalah masih nanya. gimana sih' pasti saya bakalan jawab gitu T.T

Setelah bertemu Prof Mark Bray ini, kami selanjutnya buru-buru ke aula Faculty of Education CU buat ikut Welcome Reception. Udah banyak yang hadir waktu kami masuk aula. Tengok kanan kiri, akhirnya nemu tempat strategis tepat di belakang para pejabat dan main speaker dalam conference ini. Dan inilah yang kami dapat dengan duduk tepat di belakang mereka:

Dari sebelah kiri : Professor Dr Sirichai Kanjanawase (Dean of Faculty of Education Chulalongkorn University), Professor Kengo Mochida PhD (CESA President), Professor Gerald Fray PhD (University of Minnesota)